Oleh Ahmad Mukhlishin, S.Pd.I.
Guru UPT SD Negeri Maron 04
Istilah learning loss tentunya bukan barang baru lagi di telinga kita. Di dunia pendidikan saat ini sedang ramai membahas bagaimana cara untuk menghadapi tantangan dan hambatan permasalahan kritis yang satu ini, khususnya pasca pandemi Covid-19.
Disadari atau tidak, pasti banyak hal yang terlewat bagi kita sebagai pendidik dan peserta didik khususnya selama tiga tahun terakhir ini. Jika kita kembali ke beberapa tahun silam, tepatnya sejak pertengahan Maret tahun 2019 yang lalu, hampir seluruh penjuru negeri ini tidak hanya mendengar dan melihat dengan jelas bahkan mengalami sendiri bagaimana pandemi Covid-19 menjadi momok yang menakutkan bagi setiap warga yang ada di nusantara tercinta ini. Dunia pendidikan pun menjadi saksi bisu bagaimana nasib peserta didik sebagai generasi bangsa ini turut menjadi korban Covid-19, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Tak hanya dunia pendidikan saja yang menjadi korban dari peristiwa pandemi Covid-19. Ada banyak lini kehidupan lainnya yang tak luput dari jamahan virus tersebut, di antaranya yaitu bidang perekonomian yang sempat down dan mengalami dampak yang luar biasa hebat di mana pelaku-pelaku ekonomi di segala jenjang mendapat hantaman yang begitu dahsyat. Sehingga menjadikan mereka gulung tikar bagi yang tidak mampu bertahan.
Banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah guna meningkatkan kualitas dan kompetensi peserta didik supaya lebih baik atau minimal mencapai standarisasi pendidikan yang harus dicapai oleh para peserta didik di jenjangnya masing-masing setelah hantaman pandemi tersebut.
Menurut Mendikbud seperti dilansir Sindonews, langkah pertama dan terpenting adalah sekolah yang sangat sulit melakukan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) harus masuk sekolah kembali.
“Ini adalah satu-satunya solusi untuk mereka biar tidak lebih lagi mengalami ketertinggalan,” ucap Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim pada diskusi Merdeka Belajar, Transformasi Pendidikan Indonesia yang disiarkan secara daring, Jumat (22/1/2022).
Dari penuturan Mendikbud tersebut, tentunya bisa diambil suatu pemahaman bahwa untuk mengawali cara peningkatan kualitas dan potensi peserta didik kita tidak lain dan tidak bukan adalah dengan melakukan kembali Pembelajaran Tatap Muka (PTM) seperti sedia kala sebelum pandemi Covid-19 melanda seluruh pelosok negeri ini.
Dari Pembelajaran Tatap Muka (PTM) ini kita akan merilis kembali bagaimana cara membentuk calon generasi penerus bangsa yang berprestasi, unggul, berkarakter, juga penuh kreativitas yang patut disejajarkan dengan pelajar-pelajar luar negeri.
Selain itu, para pendidik dan peserta didik juga dapat bersosialisasi dengan lebih leluasa setelah adanya PTM karena disadari atau tidak, adanya jarak antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19 tentunya mempunyai hasil yang sangat kurang jika dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan dengan tatap muka.
Adanya komunikasi secara langsung dalam mendidik antara pendidik dan peserta didik akan lebih mudah guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sebaliknya, kurangnya komunikasi yang intens, frekuensi pertemuan yang minim, dan jarak yang ada antara pendidik dan peserta didik pastinya menjadi hambatan tersendiri untuk tercapainya target kompetensi dan prestasi akademik yang diharapkan. Dan inilah tentunya yang menjadi salah satu penyebab munculnya loss learning di era pandemi Covid-19.
Dari sini bisa kita simpulkan bahwa Pembelajaran Tatap Muka (PTM) menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi learning loss yang telah terjadi saat ini. Oleh karena itu, mari kita dukung sepenuhnya program PTM pasca pandemi Covid-19 semaksimal mungkin untuk menyongsong Indonesia bangkit. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.