Implementasi pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu amanat dalam penerapan Kurikulum Merdeka yang perlu dilaksanakan oleh seluruh pendidik. Harapannya dengan model pembelajaran tersebut seluruh kebutuhan siswa dalam belajar dapat terpenuhi dengan baik.
Implementasi pembelajaran berdiferensiasi sendiri mencakup beberapa aspek, di antaranya adalah membedakan (diferensiasi) isi, membedakan proses, membedakan produk, membedakan lingkungan belajar. Maksud daripada melakukan diferensiasi ini bukan untuk mendiskreditkan siswa. Justru hal tersebut perlu dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda. Sehingga siswa dalam belajar mendapatkan manfaat sesuai dengan kemampuan, minat, dan lain sebagainya.
Di dalam proses belajar, guru pasti akan menemukan karakter siswa yang berbeda-beda. Terdapat siswa yang memiliki gaya belajar visual, di mana kategori siswa dengan gaya belajar tersebut akan lebih maksimal proses belajarnya ketika didasarkan pada media pembelajaran berbasis visual. Ada juga siswa dengan karakter yang memiliki gaya belajar kinestetik (gerak), dan lain sebagainya. Nah, gaya belajar yang terdapat di dalam diri siswa tersebut harus dipenuhi oleh guru kelas.
Bukan hanya itu saja, tingkat siswa dalam memahami materi juga akan berbeda-beda. Ada yang cepat memahami materi yang disampaikan oleh guru dan selebihnya lebih lambat dalam memahami. Ini harus dimaklumi oleh guru dan perlu dicarikan jalan keluarnya.
Di dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini memungkinkan pengajar melakukan beberapa hal di dalam kelas. Misalnya membentuk kelompok berdasarkan minat dan tingkat kecerdasan siswa dan lain sebagainya. Dengan demikian, guru akan lebih mudah dalam memberikan perlakuan yang berbeda kepada siswa.
Berikut ini akan dipaparkan apa saja yang perlu dilakukan diferensiasi oleh guru untuk mewujudkan pembelajaran yang berdiferensiasi.
1. Diferensiasi Isi
Salah satu diferensiasi yang harus dilakukan di dalam implementasi pembelajaran berdiferensiasi adalah membedakan konten atau isi pembelajaran. Ini perlu dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan siswa yang memiliki intelektualitas tingkat tinggi dan rendah.
Berdasarkan Taksonomi Bloom, intelektual atau kemampuan berpikir siswa dibagi menjadi enam tingkatan yaitu mulai tingkat yang paling rendah yaitu kemampuan untuk mengingat, kemudian kemampuan memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan kecakapan mencipta. Dengan adanya klasifikasi tersebut, guru yang mengajar di kelas harus mampu memberikan perlakuan yang berbeda.
Misalnya untuk siswa yang memiliki kecakapan berpikir tingkat tinggi dapat diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi. Misalnya melakukan analisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Sebaliknya, siswa yang memiliki kecakapan tingkat rendah tidak perlu diberikan tugas tingkat tinggi.
Contoh:
Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia, untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir tingkat rendah dapat diminta untuk mengerjakan tugas membaca bagian teks kemudian mengingatnya. Selanjutnya diminta untuk menjawab pertanyaan terkait teks yang dibaca tersebut.
Adapun untuk siswa yang memiliki intelektualitas tingkat tinggi dapat diberikan tugas membuat karya. Misalnya membuat karya tulis dan lain sebagainya.
2. Diferensiasi Proses
Di dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini memang membutuhkan guru yang mau untuk berinovasi dan juga memiliki semangat untuk menciptakan pembelajaran yang menarik untuk siswa. Sehingga guru perlu memiliki banyak referensi untuk menciptakan pembelajaran berdiferensiasi dalam proses belajar. Pasalnya, guru harus mampu mencari metode-metode pembelajaran yang dibutuhkan oleh seluruh siswa.
Di dalam satu kelas sudah pasti terdapat siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda. Ada yang dominan berdasarkan visual, audiotori, kintestik, dan lain sebagainya. Jika guru tidak memahami tentang gaya belajar tersebut serta ragam metode belajar maka pembelajaran berdiferensiasi tidak akan berhasil.
Sementara itu, akan sangat memberatkan jika setiap siswa diberikan metode belajar yang berbeda di dalam satu kelas. Untuk itu guru dapat membuat kelompok belajar berdasarkan siswa yang memiliki gaya belajar sama. Di sisi lain, guru juga bisa menawarkan cara belajar kepada siswa. Misalnya membiarkan sebagian siswa untuk belajar secara berpasangan, dalam kelompok, semantara yang lainnya tetap dapat bersama guru.
Contoh pembelajaran berdiferensiasi pada sisi proses:
Untuk menciptakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan prosesnya ini, guru dapat menyediakan media belajar berupa buku untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual. Kemudian untuk siswa yang memiliki gaya belajar auditori dapat mendengar penjelasan dari guru atau mendengarkan buku audio. Adapun untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik dapat belajar dengan mengerjakan tugas secara online.
Pelajari materi tentang penerapan pembelajaran berdiferensiasi dalam Diklat yang akan diselenggarakan oleh Diklat.co berikut. Dalam kegiatan ini akan diulas lebih detail tentang penerapan pembelajaran gaya baru yang tentunya akan sangat penting sebagai bekal guru memasuki tahun ajaran baru.
Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 Selanjutnya