Dalam teori belajar behavioristik terdapat beberapa tokoh ahli, yang akan kita bahas dalam artikel ini. Tokoh – tokoh ahli tersebut yaitu seperti Ivan Pavlov, Edward Thorndike, dan Burr Federic Skinner. Untuk mengetahui gagasan apa saja dari para tokoh ahli tersebut tentang teori belajar behavioristik , yuk simak informasi selengkapnya.
1 Teori Belajar Classical Conditioninng
Teori belajar classical conditioning dikembangkan oleh Ivan Pavlov (1849-1936) seorang psikolog Rusia. Pavlov mempelajari bagaimana anjing percobaannya menjadi kondisi untuk berliur walaupun tanpa di berikan makanan. Sebagai binatang coba, anjing di operasi kelenjar air luirnya, sehingga bila anjing mengeluarkan air liur, air liur tersebut dapat ditampung atau di observasi.
Menurut Pavlov, apabila anjing mengeluarkan air liur karena melihat makanan, respons ini bersifat alamiah (alami). Disebut respons alamiah karena respons ini bersifat berkondisi (unconditioned response) dan stimulusnya juga disebut stimulus alamiah.
Persoalan yang muncul dalam eksperimen Pavlov adalah, apakah bunyi bel dapat menimbulkan air luar pada anjing? Apabila hal ini terjadi, maka bunyi bel berkedudukan sebagai stimulus berkondisi (Conditioning stimulus /CS) dan respon yang berwujud keluarnya air liur disebut respon yang berkondisi atau CS. Untuk memperhatikan persoalan tersebut, selanjutnya pavlov melakukan penelitian secara intensif.
Untuk bisa menimbulkan respon yang berkondisi ditempuh dengan jalan memberikan stimulus berkondisi berbarengan atau sebelum diberikan stimulus alamiah. Pemberian stimulus – stimulus tersebut dilakukan berulang kali, hingga pada akhirnya akan terbentuk respons berkondisi (anjing mengeluarkan air liur), sekalipun tidak diberikan stimulus alamiah berupa makanan.
Pada akhir percobaan (akhir pengkondisian) penyajian stimulus berkondisi (Bunyi bel) ternyata menghasilkan respons berkondisi (mengeluarkan air luit). Dalam hal ini stimulus berkondisi (bunyi bel) tidak disajikan secara bersamaan dengan stimulus alamiah (daging)
Dari hasil eskperimen tersebut, diambil kesimpulan bahwa :
- Apabila stimulus alamiah disajikan, maka akan membentuk respons yang alamiah
- Apabila stimulus berkondisi diberikan setelah diberikan stimulus alamiah, maka respons berkondisi tidak akan terbentuk, dan
- Respons berkondisi akan terbentuk apabila stimulus berkondisi diberikan sebelum atau bebarengan dengan stimulus alamiah.
Dari eksperimen tersebut Pavlov menarik kesimpulan yang kemidian di jadikan sebagai prinsip belajar, yaitu bahwa dalam diri anjing akan terjadi pengkondisian selektif berdasarkan atas penguatan selektif.
2. Teori Koneksionisme
Edward Thorndike mengembangkan teori koneksionisme di Amerika Serikat (1874 – 1949). Dalam melakukan eksperimennya, Thordike menggunakan kucing sebagai binatang coba. Dalam eksperimen tersebut Thordike menghitung waktu yang dibutuhkan oleh kucing untuk dapat keluar dari kandang percobaan (Puzzle Box).
Menurut Thordike , koneksi merupakan asosiasi antara kesan- kesan penginderaan dengan dorongan untuk bertindak, yaitu upaya untuk penggabungkan antara kejadian penginderaan dengan perilaku. Dalam hal ini Thorndike menitikberatkan pada aspek fungsional dari perlaku, yang bahwa proses mental dan perilaku organisme berkaitan dengan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Menurut Thorndike, dasar dari belajar adalah trail dan eror. Ia memperoleh kesimpuan ini berdasarkan eskperimen yang dilakukan dengan menggunakan bermacam- macam hewan percobaan. Thorndike sampai pada kesimpulan bahwa , hewan percobaan itu menunjukan adanya penyesuaian diri dengan lingkungannya sedemikian rupa sebelum hewan percobaan itu dapat melepaskan diri dari kandang percobaan.
Selanjutnya di kemukakan bahwa perilaku dari semua hewan percobaan itu praktis sama, Apabila hewan di tempatkan di dalam kandang, maka hewan tersebut percobaan menunjukkan keadaan yang tidak nyaman dan berusaha untuk keluar dari kandang.
Berdasarkan pada percobaan yang telah di lakukan, Thorndike pada akhirnya mengemukakan tiga macam hukum belajar, yaitu hukum kesiapan, hukum latihan dan hukum akibat.
1. Hukum Kesiapan (law of readiness), isi hukum tersebut bila disederhanakan adalah:a) Ketika seseorang siap untuk melakukan suatu tindakan dan ia memiliki kesempatan untuk melakukannya, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi kepuasan.b) Ketika seseorang siap untuk melakukan suatu tindakan dan ia tidak melakukanya, maka akan terjadi perasaan yang mengjengkelkanc) Ketika seseorang belum atau tidak siap untuk melakukan suatu tindakan, kemudian dipaksa untuk bertindak maka akan terjadi kejengkelan.
2. Hukum Latihan (law of exercise), yang terdiri dari dua bagian:a) Koneksi antara stimulus dan respons akan menguat apabila keduanya digunakan. Dengan kata lain, melatih koneksi (hubungan) antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respons akan memperkuat koneksi di antara keduanya. Bagian dari hukum ini dinamakan penggunaan (law of use).b)Koneksi antara situasi dan respons akan melemahkan manakala praktik hubungan dihentikan atau jika ikatan neural tidak dipakai. Hukum dari latihan ini dinamakan hukum ketidakgunaan (law of disuse).
3. Hukum Pengaruh (law of effect), hukum ini adalah penguatan atau pelemahan dari suatu hubungan (koneksi) antara stimulus dan respons sebagai konsekuensi dari respons. Bunyi hukum ini adalah jika suatu respons ikuti oleh keadaan yang memuaskan (satisfying state of fair) kekuatan koneksi akan bertambah. Jika respons diikuti dengan keadaan yang tidak memuaskan/menjengkelkan (annoying state of affairs), maka kekuatan koneksi akan menurun dan melemah.
3. Teori Operan Conditioning
Teori operan conditioning dikembangkan oleh Burr Federic Skinner (1940 -1990). Skinner menganggap manusia sebagai mesin. Seperti mesin lainnya, manusia bertindak secara teratur dan dapat diramalkan responsnya terhadap stimulus yang datang dari luar.
Skinner mengadakan eksperimen dikenal dengan Skinner Box dengan menggunakan kotak yang di dalamnya terdapat: 1. pengungkit, 2.penampung makanan, 3. lampu yang dapat dinyalakan dan dimatikan sesuai kehendak peneliti dan 4. lantai dengan gril yang dialiri listrik.
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya. Dikatakan bahwa respon yang dinerikan oleh seseorang/siswa tidaklah sesederhana itu.
Sebab, pada dasarnya stimulus-stimulus yang diberikan kepada seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan. Demikian juga dengan respon yang dimunculkan inipun akan mempunyai konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang pada gilirannya akan mempengaruhi atau menjadi pertimbangan munculnya perilaku.
Oleh sebab itu, untuk memahami tingkah laku seorang secara benar, perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serta memahami respon yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsukuensi yang mungkin akan timbul akibat dari respon tersebut.
Skinner juga menggemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab, setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian dan seterusnya.
e-Guru.id menyediakan program membership dengan satu kali membayar gratis pelatihan bersertifikat 32 JP setiap bulannya. Mari bergabung dengan 9000++ di seluruh wilayan Indonesia. Tunggu apa lagi DAFTAR SEKARANG
Ingin pelatihan bersertifikat 32 JP lainnya ? KLIK LINK INI
Ingin dibantu mendaftar ? Silahkan dapat hubungi nomer berikut ini 087719662338 (Rahma)