Penguatan Literasi dan Numerasi – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sejak tahun 2016 telah berupaya mencanangkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) untuk mewujudkan budaya literasi pada siswa.
Hal tersebut merupakan implementasi dari Penumbuhan Budi Pekerti dalam Permendikbud Nomor 23 tahun 2015. Selanjutnya, GLN yang dicanangkan oleh pemerintah akan dilanjutkan pada setiap sekolah melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS) guna mewujudkan generasi yang literat.
Kemampuan dalam membaca dapat menjadi langkah awal dalam memahami literasi dasar lainnya, seperti literasi sains, literasi numerasi, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaraan.
Kemampuan literasi numerasi termasuk salah satu kecakapan yang harus dimiliki dalam menyelesaikan permasalahan praktis.
Kemampuan ini dapat membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahannya sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun dalam bermasyarakat.
Literasi numerasi merupakan pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan bilangan dan simbol yang berkaitan dengan matematika dasar untuk menyelesaikan permasalahan konstekstual dan menganalisis informasi yang disajikan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dll), lalu menginterpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
Secara sederhana, literasi numerasi dapat diartikan sebagai keterampilan dalam mengaplikasikan konsep bilangan dan operasi hitung untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual. Inti dari literasi numerasi adalah keterampilan dan sikap yang dibutuhkan setiap siswa dalam menggunakan bilangan dan data untuk membuat keputusan dalam kehidupan siswa maupun bermasyarakat.
Siswa yang memiliki kemampuan literasi numerasi yang baik dapat menjadi warga negara yang mampu memahami informasi statistik dan berita perekonomian suatu negara.
Dengan begitu, siswa dapat dengan mudah mengikuti perkembangan negara melalui berita aktual berdasarkan data dan informasi yang disajikan di berbagai media.
Tiga Aspek Penting Literasi Numerasi
Tiga aspek penting dalam kemampuan literasi numerasi yaitu berhitung (counting), relasi numerasi (numerical relation), dan operasi aritmatika (arithmetic operation).
Berhitung merupakan kemampuan atau kecakapan dalam mengidentifikasi jumlah suatu objek dan keterampilan dalam menghitung suatu objek secara verbal.
Relasi numerasi berkaitan dengan kemampuan siswa dalam mengaitkan kuantitas suatu objek, seperti lebih sedikit, lebih banyak, lebih tinggi, atau lebih rendah. Sedangkan operasi aritmatika merupakan kemampuan untuk menyelesaikan operasi matematika dasar seperti pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan pembagian.
Kemampuan literasi numerasi yang baik dapat dijadikan sebagai proteksi dalam menekan angka pengangguran, penghasilan rendah, dan kesehatan yang buruk.
Selain kemampuan, penguatan literasi dan numerasi dibutuhkan dalam semua aspek kehidupan sehari-hari, baik di rumah, pekerjaan, maupun kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini kemampuan literasi numerasi yang baik berperan penting dalam memahami informasi kesehatan, memahami statistik dan berita ekonomi suatu negara.
Dampak Literasi Numerasi yang Rendah
Kemampuan literasi numerasi yang rendah mengakibatkan dampak yang buruk bagi kemajuan suatu negara, diantaranya yaitu:
1. Pekerjaan
Masyarakat dengan kemampuan numerasi yang buruk memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menghadapi pengangguran.
2. Upah
Data terbaru dari OECD menunjukkan hubungan langsung antara distribusi upah dan kemampuan numerasi.
3. Keuangan
Berhitung yang baik dikaitkan dengan berbagai perilaku keuangan positif termasuk frekuensi menabung dan membayar tagihan.
4. Kesehatan
Dalam laporan keterampilan dasar OECD dan Inggris, korelasi antara numerasi yang buruk dan kesehatan yang buruk terlihat jelas. Data dari British Cohort Studies telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara depresi dan kemampuan numerasi yang buruk.
5. Kesulitan sosial, emosional dan perilaku
Anak-anak dengan masalah sosial cenderung kesulitan dengan keterampilan numerasi, bahkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti latar belakang rumah dan kemampuan umum.
6. Pengecualian sekolah
Siswa yang memulai sekolah menengah dengan kemampuan numerasi yang sangat rendah lebih cenderung menghadapi pengucilan.
7. Pembolosan
Anak usia 11 tahun yang memiliki kemampuan numerasi yang buruk cenderung berpeluang lebih dari dua kali untuk membolos saat berusia 14 tahun.
8. Kriminal
Seperempat pemuda yang ditahan memiliki tingkat kemampuan numerasi di bawah yang diharapkan dari anak berusia 7 tahun. Demikian pula, 65% narapidana dewasa memiliki kemampuan numerasi pada atau di bawah tingkat yang diharapkan dari seorang anak berusia 11 tahun.
Sebaliknya, kemampuan literasi numerasi yang baik secara langsung dapat berkontribusi pada pertumbuhan kepercayaan diri dan sosial. Kemampuan literasi numerasi tidak hanya berkontribusi dalam kesejahteraan individu, tetapi juga dalam masyarakat.
Literasi numerasi berbeda dengan matematika, namun numerasi merupakan bagian dari matematika. Baik numerasi maupun matematika sama-sama mempelajari tentang bilangan, operasi aritmatika, bangun, ruang, dan materi lainnya.
Namun penguatan literasi dan numerasi tidak hanya tentang penyelesaian aritmatika dasar, tetapi juga pengaplikasiannya dalam memecahkan permasalahan praktis dan kontekstual. Di dalam literasi numerasi terdapat cakupan matematika yang disesuaikan dengan kurikulum.
Dalam penerapannya, literasi numerasi menerapkan operasi dasar matematika dan bersifat praktis yang artinya dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. (mfs)
Segera daftarkan diri Anda dalam Pelatihan bersertifikat 32 JP “Pembelajaran Berbasis Literasi dan Numerasi untuk Mewujudkan Profil Pelajar Pencasila” yang akan dilaksanakan mulai tanggal 17-24 Juni 2022 menggunakan aplikasi Zoom Meeting dan Telegram.