Septi Efa: Totalitas Mengabdi sebagai Guru di SMAN I Harau

- Editor

Rabu, 18 Januari 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Septi Efa, S. Pd

 Guru di SMAN I Harau

 

Aku  adalah gadis desa yang punya cita-cita ingin menjadi guru. Kutinggalkan kampung halaman untuk berangkat ke kota bersama sahabat-sahabatku. Ya, tentu saja untuk menempuh pendidikan.

Semangat kami sangat tebal meskipun hanya punya bekal uang jajan Rp. 2.000, beras 2 liter, dan sambal seadanya. Kami berangkat hanya untuk menuntut ilmu dan semoga di hari kemudian bisa jadi guru seperti yang kami harapkan. Bermacam kendala silih berganti datang menghampiri namun ada saja jalan keluar yang diberikan oleh Allah.  

Saya pribadi awalnya  ragu-ragu untuk pergi dengan kondisi perekonomian yang lemah. Namun setelah dijalani, momen ini terjadi antara tahun 1986 sampai pertengahan 1987, ada  saja kesempatan untuk bisa mendapatkan uang untuk bertahan hidup. 

Keadaan memaksa untuk menekan gaya hidup sesederhana mungkin, hidup sebagai  mahasiswa perantauan. Namun itu semua juga menjadi kebanggaan luar biasa. Walaupun saat itu uang semesteran di perguruan tinggi masih Rp. 90.000, namun nilai itu sangatlah besar dan sulit untuk didapatkan. 

Untuk bertahan hidup, saya bekerja sebagai anak angkat seorang bidan. Saya membantu mengurus sebuah klinik, mengerjakan apa saja yang saya mampu.  Capek memang, apalagi saat itu saya masih sebagai mahasiswa semester pertama yang notabene masih sibuk dengan perkuliahan. Namun di sisi lain juga dituntut untuk bekerja. Bagaimanapun, pengorbanan untuk mempertahankan hidup  ini bisa terobati dengan menyandang gelar mahasiswa. 

Setiap pagi, saya harus mempersiapkan air panas untuk keperluan mandi pasien. Setelah itu merapikan kamar-kamar dan ruangan. Setelah semua beres, saya baru bisa mempersiapkan diri untuk pergi kuliah. Meskipun hidup sebagai pembantu yang saya rasakan agak berat, namun saya berhasil melewati hari demi hari; bulan demi bulan; dan tahun berganti tahun.  

Selama  tiga bulan pertama bekerja di klinik tersebut, kondisi perekonomianku  sudah cukup membaik. Untuk membayar semesteran aku bisa mengusahakannya sendiri. Beruntung juga karena saya tidak perlu bayar tempat tinggal.  

Selain membersihkan klinik, ada tambahan pekerjaan satu lagi yang harus aku lakukan. Bidan yang saya ikuti memiliki seorang ibu yang sudah tidak bisa berjalan. Beliau kupanggil nenek dan aku harus mendampinginya. Beliau adalah orang yang berpendidikan tinggi. Beliau sering mengingatkan supaya aku lebih sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan tidak mudah patah semangat. 

Pada suatu ketika, pertengahan semester tahun 1990,  ada pengumuman seleksi guru di Kantor Pendidikan Kota Payakumbuh.  Kucari informasi tersebut agar bisa ikut ujian seleksi. Waktu itu aku baru bisa menggunakan ijazah SMA sehingga sebagai peserta ujian harus menggunakan warna rok hitam dan kemeja putih. 

Aku bersimpuh berdoa kepada Yang Kuasa untuk bisa jadi guru. Namun semua keputusan kuserahkan pada-Nya. Dan itulah harapan pada setiap doa-doaku. 

Siang itu, saat pulang dari jamaah salat Zuhur, banyak di antara jamaah yang memberikan ucapan selamat atas lulusnya aku sebagai pegawai negeri di lingkungan Kabupaten 50 Kota. Tak terbayangkan senangnya hati saat itu. Akun berjanji akan berusaha menjadi PNS dengan sebaik-baiknya. 

Setelah itu aku bersungguh-sungguh melanjutkan studi agar aku cepat menjadi guru.  April 1995, aku diwisuda.  Setelah itu aku harus memilih mau mengajar di mana, kalau aku mau pulang kampung tidak mungkin. Kalau di Kecamatan Harau tempat aku kos sekarang ada SMA dan SMP. Sebenarnya aku bebas memilih di mana saja asalkan masih berada di lingkup Kabupaten 50 Kota. 

Tawaran dari kepala kantorku, beberapa bulan kemudian aku alih tugas dari pegawai administrasi struktural di Kandipdikbud Kabupaten 50 Kota  ke SMA 1 Harau. Kesempatan ini aku coba, dan untuk mengurusnya harus bolak-balik ke BAKN. Karena SMA tersebut kekurangan guru, maka aku pun pindah. 

‌Waktu berjalan dan aku makin nyaman menjadi guru. Aku senang mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah. Paling menarik bagiku adalah menjadi pembina Pramuka. Pernah juga menjadi pembina PKS dan pembina Paskibra. Adapun mata pelajaran yang aku ampu adalah pelajaran Bahasa Inggris.  

‌Aku punya prinsip bahwa aku akan menjaga nama baik sekolah dan nama baik di manapun aku bekerja. Aku berusaha terlibat dalam berbagai kegiatan seperti  kegiatan bersama OSIS. Jika ada guru yang sibuk mengatur jalannya suatu kegiatan bersama OSIS, dalam hal apa, aku adalah orangnya. Pada dasarnya memang aku suka dengan kegiatan, apalagi jika kegiatan tersebut di luar lingkungan sekolah. Aku juga sering pergi memberi semangat tim sepak bola sekolah ketika bertanding atau ketika bermain sepak takraw. Aku sering mendampingi anak untuk kegiatan di luar sekolah.

Sebab saking senangnya dengan kegiatan, aku juga mengikuti kegiatan Dharma Wanita di Kantor Bupati. Dari sini saya bisa dapat  banyak ilmu seperti keterampilan masak, mengurus diri, dan juga tugas sebagai seorang ibu. 

‌Menjadi seorang pendidik  membuat hati ini tentram. Aku senang karena secara langsung dapat memberi ilmu kepada anak didik; bisa berdiskusi sama  anak-anak yang selalu kuanggap sebagai keluarga sendiri.

Sekolah tempatku mengabdikan diri adalah sekolah favorit di Kabupaten 50 Kota dan juga sebagai sekolah rujukan. Pernah menyabet juara Sekolah Adiwiyata dan Animasi. 

Di sekolah kami yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka terdapat pohon literasi sebagai tempat peserta didik dengan senang hati membaca. Lingkungan sekolah juga tampak bersih di mana pada sisi halamannya dipenuhi dengan bunga-bunga yang ditata sedemikian rupa.  Rapi dipandang mata dan terdapat tempat-tempat duduk yang nyaman untuk belajar. 

Sebagai guru, aku sangat bangga dengan sekolah ini. Dan aku akan mengambil bagian pada setiap kegiatan. Semoga di bawah kepemimpinan Bapak Drs. Afrizal saat ini,  sekolah ini makin memukau seperti bunga-bunga yang indah di halaman sekolah kami. (*)

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud

Berita Terkait

Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza
Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat
Mengesankan, Guru Asal Wonogiri Fasih Bahasa Inggris hingga Viral Karena Konten Uniknya
Kisah Kepala Sekolah Muda Asal Semarang Memik Nor Fadilah: Tumbuhkan Kepemimpinan Melalui Kedekatan dengan Siswa
Perjuangan Ana Rahmawati, Guru Asal Pati yang Mengajar Penuh Dedikasi Sembari Menanti Keputusan Penempatan ASN
Merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan Sederhana
Supar: Anak Perbatasan yang Sukses Wujudkan Impian Jadi Guru
Perjalanan Umroh yang Penuh Magis 
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 13 Maret 2024 - 11:34 WIB

Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza

Minggu, 20 Agustus 2023 - 21:20 WIB

Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat

Minggu, 2 Juli 2023 - 22:08 WIB

Mengesankan, Guru Asal Wonogiri Fasih Bahasa Inggris hingga Viral Karena Konten Uniknya

Selasa, 6 Juni 2023 - 19:26 WIB

Kisah Kepala Sekolah Muda Asal Semarang Memik Nor Fadilah: Tumbuhkan Kepemimpinan Melalui Kedekatan dengan Siswa

Senin, 5 Juni 2023 - 19:30 WIB

Perjuangan Ana Rahmawati, Guru Asal Pati yang Mengajar Penuh Dedikasi Sembari Menanti Keputusan Penempatan ASN

Sabtu, 22 April 2023 - 18:53 WIB

Merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan Sederhana

Jumat, 21 April 2023 - 14:05 WIB

Supar: Anak Perbatasan yang Sukses Wujudkan Impian Jadi Guru

Jumat, 21 April 2023 - 13:40 WIB

Perjalanan Umroh yang Penuh Magis 

Berita Terbaru