Pendidikan seks merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti pergaulan bebas, pencabulan di bawah umur, kehamilan diluar nikah, penyakit menular seksual (PMS), dll. Pendidikan seks juga merupakan pendidikan yang berhubungan dengan perubahan fisik dan biologis yang dialami oleh anak.
Pendidikan seks pada remaja bisa diberikan sejak kecil, karena pendidikan seks itu bukan hanya pembahasan tentang hubungan badan antara lelaki dengan wanita. Pendidikan seks sejak dini itu bisa diberikan dengan cara pembiasaan akhlak yang baik yaitu menutup aurat, menanamkan rasa malu bila auratnya dilihat oleh orang lain, dan malu ketika melihat aurat orang lain. Serta tidak membiarkan orang asing membuka pakaiannya ketika tidak ada pengawasan dari orang tua dan lain sebagainya.
Pendidikan seks pada remaja juga dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman tentang perubahan-perubahan yang terjadi di masa remaja, seperti masalah menstruasi, kenapa dada membesar, tentang mimpi basah itu, kenapa di leher pria terdapat benjolan, kenapa suara biara membesar, dan terkait pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Orang tua berkewajiban mengajari anak-anaknya tentang hukum yang berkaitan dengan masalah mimpi basah, haid, dan sebagainya seperti yang telah disebutkan di atas. Anak harus diberikan pemahaman tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah seksual, tentang dampak serta bahayanya apabila dilakukan di luar pernikahan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan itu.
Pendidikan seksual pada remaja mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
2. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan, dan tanggungjawab).
3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dan semua manifestasi yang bervariasi.
4. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental.
7. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orangtua, anggota masyarakat.
Peran Orangtua dalam Pendidikan Seks bagi Remaja
Peran orang tua sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak. Dalam memberikan pengetahuan seks pada anak usia remaja, tentunya orang tua harus memahami peran mereka sebagai orang tua yang mendidik, membesarkan anak, mengarahkan dan menasehati anak serta menjadi contoh bagi anak terutama di usia yang masih remaja.
Tidak hanya itu, orang tua juga diharapkan dapat mendidik anak dengan penuh kesabaran, dan menggunakan cara-cara terbaik dalam berkomunikasi dengan anak sesuai dengan perkembangan anak. Pendidikan seks dimulai dari orang tua karena orang tua merupakan pendidik seksualitas utama.
Materi-materi pendidikan seks yang disampaikan oleh orang tua bisa sangat bervariasi. Materi tersebut antara lain; Perbedaan jenis kelamin, terutama tentang perubahan fisik; Etika pergaulan; Belajar bertanggung jawab jika sudah masuk usia baligh; Penyakit-penyakit seksual; Reproduksi; dan lain-lain.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa peran orang tua dalam pendidikan seks remaja sangat penting. Oleh karena itu, hendaknya kita sebagai orang tua mulai saat ini harus lebih banyak melibatkan diri dalam pendidikan seks anak, khususnya remaja sehingga tujuan-tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.
Ditulis oleh: Helmi Yosepa, S.Psi, Guru di MTs Negeri 1 Pringsewu