Banyaknya fasilitas yang diberikan orang tua terhadap anak saat ini, bisa berakibat buruk bagi perkembangan religius anak. Bahkan minat baca Al-Qur’an anak saat ini sudah tergeser dengan kecanggihan gadget. Anak lebih betah berjam-jam untuk melihat smartphone Android daripada untuk menyempatkan membaca Al-Qur’an, sehingga banyak didapati siswa yang kurang lancar dalam membaca Al-qur’an. Itu berpengaruh terhadap pembentukan karakter religius siswa di sekolah.
Padahal untuk membentuk karakter siswa di sekolah perlu adanya bekal pendidikan agama Islam yang kuat. Dan untuk memberikan bekal pendidikan agama yang kuat, siswa tidak hanya sekedar menerima materi pelajaran saja, tetapi siswa juga perlu dibiasakan dengan kegiatan yang mengandung nilai-nilai keagamaan.
Tujuan pendidikan agama Islam di sekolah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam. Sehingga mereka akan menjadi manusia muslim yang berkembang dalam hal keimanan dan ketakwaan.
Pendidikan agama hanya akan menjadi angan-angan belaka apabila tidak ada pembiasaan sikap ataupun perilaku yang baik. Dari pembiasaan yang dilakukan diharapkan akan membentuk karakter yang religius. Hal inilah yang mendorong sejumlah sekolah untuk melaksanakan pembiasaan membaca Al-Qur’an dimulai dengan membaca dan menghafal juz-amma.
Untuk menciptakan pembiasaan tersebut diperlukan kerjasama dari berbagai pihak yaitu dari guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan guru yang mengampu Pelajaran di jam pertama. Dengan adanya pembiasaan membaca Juz-Amma secara rutin sebelum pelajaran dimulai, diharapkan membaca Al-Qur’an menjadi kebutuhan rohani siswa dalam membentuk jiwa yang tangguh dalam menghadapi zaman.
Adapun orang tua sangat berperan dalam pembiasaan siswa dalam membaca Al-Qur’an, yaitu dengan memfasilitasi dan meneruskan pembiasaan membaca Al-Qur’an di rumah. Pembiasaan membaca dan menghafal Al-qur’an menjadi kunci bagi siswa untuk membentuk akhlakul karimah.
Apalagi adanya pandemi Covid-19 yang kita hadapi saat ini, di mana pembelajaran harus dilakukan melalui ponsel. Hal itu membuat orang tua semakin sulit untuk mengendalikan kebiasaan. Sebab seringkali yang dilakukan anak bukan belajar daring akan tetapi lebih asyik main game yang menghabiskan waktu berjam-jam. Dan tidak menutup kemungkinan anak membuka gambar-gambar atau video-video yang dilarang untuk dikonsumsi anak-anak.
Dengan adanya masalah –masalah tersebut orang tua diharapkan bisa menjadi jembatan bagi sekolah untuk mewujudkan program sekolah dalam pembinaan karakter religius siswa melalui pembiasaan membaca Al-quran baik dari sekolah maupun dari rumah.
Orang tua sangat berperan penting dalam menciptakan pembiasaan membaca Al-qur’an sejak dini. Orang tua juga berperan penting dalam mengawasi kebiasaan anak dalam berperilaku. Diharapkan setelah anak terbiasa membaca Al-Quran, akan membuat anak mempunyai akhlakul karimah. Karena disamping membaca Al-Qur’an, anak diharapkan menggali lebih dalam tentang maknanya.
Ditulis oleh : Dewi Suryanti, S.Ag, Guru di SMP Negeri 2 Pancur