Anak memiliki kemampuan dan potensinya masing-masing. Oleh karena itu, guru perlu membangun pembelajaran efektif di PAUD untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bagaimana caranya?
Membangun kemampuan anak secara bertahap dengan cara yang menyenangkan dapat menjadi pilihan. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Sekolah Dasar Kabupaten Bogor, Susilawati, dalam acara Sosialisasi Penguatan Implementasi Gerakan Transisi PAUD ke SD yang menyenangkan beberapa waktu lalu.
Menurut Susilawati, saat ini terjadi miskonsepsi praktik pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini dan SD/MI sederajat. Beberapa miskonsepsi tersebut di antaranya praktik calistung yang sering kali dijadikan sebagai satu-satunya acuan untuk mengukur kemampuan anak.
Akibatnya, anak yang belum paham betul mengenai calistung akan merasakan ketidaknyamanan dalam proses pembelajaran.
“Kemampuan calistung dipahami dengan sempit, dan dianggap dapat dibangun secara instan. Tes calistung masih diterapkan sebagai syarat masuk SD maupun ketika masa transisi pembelajaran antara PAUD dan SD,” terangnya.
Tak hanya itu, praktik pengeboran atau latihan pengulangan materi secara proaktf yang dilakukan oleh guru juga dapat menimbulkan keterbatasan anak dalam memahami isi bacaan tanpa mereka tahu makna yang terkandung didalamnya.
Anak Bahagia, Pembelajaran Jadi Lebih Bermakna
Anak yang merasa senang cenderung menggiring mereka untuk memahami materi pembelajaran dengan baik, entah itu numerasi maupun literasi. Lebih dari itu, mereka juga tidak akan malu-malu untuk mengutarakan gagasannya di depan guru dan teman sekelasnya.
“Masa transisi PAUD ke SD yang berlangsung dengan baik dapat terjadi jika anak berada dalam situasi belajar yang menyenangkan sehingga rasa percaya diri anak ikut terbangun. Situasi belajar yang menyengkan sangat berpengaruh pada emosi anak. Mereka akan bertindak lebih teratur, bertanggung jawab, dan dapat menghargai orang lain,” pungkas Susilawati.
Halaman selanjutnya,
Terlihat mudah, pada kenyatannya guru perlu…
Halaman : 1 2 Selanjutnya