Nasihat Guru Inspiratif: Sukses Sesungguhnya Tidak Diukur dengan Nilai di Sekolah

- Editor

Jumat, 3 Maret 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Tri Mas Ulah, S.Ag

Guru di SDIT AlMarjan

 

 

Suatu ketika, aku dibikin terkejut oleh salah satu muridku di kelas 4. Saat itu, aku membagikan hasil ulangan harian kepada anak-anak. Tidak ada yang aneh. Bagi yang nilainya bagus, mereka tersenyum senang. Bagi yang nilainya biasa saja, mereka pun tampak lapang dada menerimanya.

Hingga di malam harinya, ada salah satu orang tua murid yang menginfokan bahwa anaknya marah-marah karena tidak dapat nilai sempurna. Orang tua tersebut bilang kalau anaknya heran kenapa jawaban di bagian essay ada yang disalahkan, padahal jawabannya dianggap benar. 

Aku pun memutar kembali ingatanku, apakah benar aku salah dalam mengoreksi jawaban? Ketika  aku mengingat jawaban murid tersebut, maka aku menjelaskan kepada orang tuanya. 

Sesungguhnya, jawaban anaknya tidak salah, hanya kurang lengkap. Maka aku hanya memberi skor setengah. Hal tersebut yang kemudian membuatnya tidak mendapat nilai sempurna.

Anak ini memang cerdas, namun sering tergesa-gesa dalam mengerjakan soal dan sering tidak  teliti. Jika aku mengajukan pertanyaan-pertanyaan lisan di kelas, dia yang paling aktif menjawab dibanding teman-temannya. Jika mengerjakan soal tertulis, dia pun cepat dalam menyelesaikannya. Hanya saja kurang teliti. 

Setelah aku jelaskan, barulah orang tuanya memahami dan menerima. Bahkan orang tuanya berterima kasih kepadaku dan berpesan untuk menyampaikan tentang hal ini pada anak yang bersangkutan esok harinya. 

Di sekolah, aku temui anak tersebut ketika jam istirahat. Aku tersenyum saat melihatnya tak acuh kepadaku. Aku mencoba menyapanya, tapi dia masih tak peduli. Aku coba sekali lagi untuk menyapanya, akhirnya dia pun merespon dengan muka datar. 

“Mir, apa kamu marah pada Ibu?” aku melempar pertanyaan setelah mengajaknya ke dalam sebuah ruangan yang sepi orang.  

“Ya, Bu. Ibu dikasih apa sama Rara, kok Rara bisa dapat nilai seratus ?” Sontak aku kaget mendapat pertanyaan tersebut, yang tak pernah kuduga yang keluar dari mulut muridku yang selalu aku ajarkan tentang adab. 

“Astaghfirullah,” gumamku dalam hati. “Maaf, Amir. Kenapa Amir berpikiran seperti itu?” 

“Karena aku tidak dapat nilai seratus, padahal jawabanku benar. Coba Ibu katakan, di mana letak kesalahanku?” 

Aku pura-pura baru tahu. “Baik, Amir, di soal essay nomor dua, Ibu menanyakan apa?”

“Persamaan dan perbedaan Surat Al Falaq dan An Nas,” jawabnya. 

“Lalu apa yang Amir jawab?”  

“Persamaannya saja, Bu.” 

“Nah, sekarang Amir tahu kan, kenapa tidak dapat nilai seratus?” 

Amir tampak terdiam dan wajahnya mulai menyadari kesalahannya. 

“Mohon maaf, Amir. Insya Allah Ibu tidak akan memberikan nilai kepada murid Ibu karena ‘sesuatu’ yang Amir sebutkan tadi. Ibu akan memberikan nilai sesuai dengan apa yang kalian jawab. Ibu sudah sering mengingatkan padamu untuk teliti, tidak tergesa-gesa, dan mengoreksi kembali jawaban ulangannya. Karena ketelitian sangat diperlukan dalam menjawab soal ulangan jika ingin nilaimu bagus.” 

Amir hanya menunduk, tapi terlihat kalau bahasa tubuhnya belum dapat menerima kenyataan yang ada secara total.

“Amir, sesungguhnya kepintaran seseorang itu tidak hanya dilihat dari nilai-nilai yang didapat di sekolah. Ibu tahu, kamu anak yang cerdas tapi tidak teliti ketika mengerjakan soal ulangan, sehingga jarang sekali dapat nilai seratus. Tapi itu tidak mengurangi dirimu yang cerdas. Kamu tetap anak yang cerdas di mata Ibu. Dan Ibu juga yakin, bapak dan ibu guru yang lain juga berpendapat seperti itu.” 

Perlahan wajah Amir mulai rileks dan bibirnya menyunggingkan senyuman, matanya bercahaya.

Dan apa yang terjadi kemudian? Amir meminta maaf padaku. Tentu saja aku menyambutnya dengan senang hati dan lapang dada. Kemudian kami pun kembali ke ruang kelas untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya.

Ketahuilah anak-anakku, sesungguhnya siswa yang nilainya seratus adalah anak yang tidak hanya pandai dalam belajar, tapi anak yang punya sopan santun dan berakhlak mulia.

Kepintaran saja tidak cukup menjadikan kamu sukses di masa depan. Banyak orang pandai dengan gelar yang berjejer di belakangnya, tapi tidak memberikan manfaat kepada orang lain karena mereka hanya menggunakan kepintarannya untuk kesuksesan pribadi semata. 

Sesungguhnya jika kamu menggunakan kepintaranmu itu untuk sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain, maka itulah kesuksesan yang sesungguhnya. Di dunia, dia akan dikenang sebagai orang yang berjasa dan di akhirat dia juga akan mendapat balasan pahala dari Allah SWT. (*)

 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud

Berita Terkait

17 Tahun sebagai Guru Honorer, Tak Berhenti Mengejar Impian Jadi ASN PPPK
Kisah Sukses ASN PPPK: Hampir Menyerah dan Berpaling dari Dunia Pendidikan
Mengenal Alga Pratama Putra Siswa SMAN 11 Garut dan Calon Duta Baca
Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza
Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat
Mengesankan, Guru Asal Wonogiri Fasih Bahasa Inggris hingga Viral Karena Konten Uniknya
Kisah Kepala Sekolah Muda Asal Semarang Memik Nor Fadilah: Tumbuhkan Kepemimpinan Melalui Kedekatan dengan Siswa
Perjuangan Ana Rahmawati, Guru Asal Pati yang Mengajar Penuh Dedikasi Sembari Menanti Keputusan Penempatan ASN
Berita ini 469 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 23 Juni 2024 - 20:45 WIB

17 Tahun sebagai Guru Honorer, Tak Berhenti Mengejar Impian Jadi ASN PPPK

Minggu, 9 Juni 2024 - 20:59 WIB

Kisah Sukses ASN PPPK: Hampir Menyerah dan Berpaling dari Dunia Pendidikan

Kamis, 16 Mei 2024 - 10:10 WIB

Mengenal Alga Pratama Putra Siswa SMAN 11 Garut dan Calon Duta Baca

Rabu, 13 Maret 2024 - 11:34 WIB

Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza

Minggu, 20 Agustus 2023 - 21:20 WIB

Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis