Muryani: Impian Jadi Guru Profesional yang Dapat Dibanggakan

- Editor

Senin, 26 Desember 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Muryani, S. Pd. SD

Mengajar di SD Negeri Jolontoro

 

Setiap orang memiliki perjalanan hidupnya masing-masing. Demikian pula kisah perjalanan hidupku yang penuh liku.

Saya dilahirkan di sebuah desa kecil bernama Blimbing, Kelurahan Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri. Pada saat itu, kondisi desaku belum maju seperti sekarang ini. Belum terdapat listrik, jadi saya masih menggunakan lampu damar (teplok) yang bahan bakarnya dari minyak tanah setiap saat saya belajar. 

Meskipun dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang ada pada saat itu, tidak pernah mematahkan semangatku untuk belajar dan bersekolah. Jarak yang harus saya tempuh untuk sampai sekolah, waktu SD, kurang lebih 2 KM. Dan itu harus ditempuh dengan jalan kaki. Masa itu saya lalui dengan senang dan antusias karena para guru di sekolah saya saat itu bersikap ramah, pintar, serta penuh perhatian kepada para muridnya. 

Saat itu cita-citaku sebenarnya ingin menjadi dokter, akan tetapi karena faktor keadaan ekonomi keluarga tidak mendukung. Impian tersebut tidak dapat dikabulkan. 

Manusia hanya bisa berencana dan berusaha yang terbaik, Tuhan yang menentukan nasib para hamba-Nya. Lulus sekolah dasar, saya melanjutkan ke SMP N 1 Sapuran, Wonosobo. Saya melanjutkan pendidikan saya di sekolah tersebut karena ikut kakak yang kebetulan bertempat tinggal di daerah Wonosobo. 

Selama tiga tahun menempuh pendidikan di SMP, saya selalu mendapatkan peringkat tiga besar. Hal ini membuat saya merasa bangga dan mulai tumbuh angan-angan tentang alangkah senangnya jika saat dewasa nanti bisa mengabdi pada bumi pertiwi. Untuk itu, saya selalu antusias dalam mengikuti segala kegiatan sekolah baik kegiatan ekstrakurikuler maupun kegiatan intrakurikuler. Hal ini membuat saya menjadi siswa yang tangguh dan berprestasi. Dari pihak sekolah saya diberi beasiswa dan setiap ada lomba, saya selalu diikutkan. Itu yang menumbuhkan rasa percaya diri pada pribadi saya. 

Keluarga kami sendiri tergolong sangat disiplin dalam mendidik anak-anaknya dengan harapan kelak anak-anak menjadi insan yang mandiri dan bertanggung jawab. Pada tahun 1983, saya melanjutkan ke SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Sebenarnya dalam hati kecil saya merasa berat untuk melanjutkan ke sekolah tersebut, karena sekolah tersebut merupakan pilihan kakak. Dan saya tidak punya pilihan selain untuk mematuhinya. 

Hari demi hari saya lalui dengan prinsip “Saya harus jadi orang hebat, kerja keras, dan bersemangat.” Saya harus bisa menunjukkan bahwa saya bisa dibanggakan pada keluarga serta untuk bangsa Indonesia tercinta ini. Apalagi saat saya masih SPG, teman-teman saya banyak yang terkadang melecehkan kalau anak desa itu tidak pantas sekolah di tempat yang tergolong favorit pada saat itu. Namun, saya tidak mau menyerah begitu saja. 

Seiring dengan berjalannya waktu, saya lalui dengan pencapaian prestasi demi prestasi, dan juga menjadi nominasi tiga besar di sekolah tersebut. Saat itu saya mendapat beasiswa “Super Semar”. Hal tersebut menjadikan saya makin terpacu untuk selalu maju dan ingin melanjutkan kuliah di universitas yang ternama. Akhirnya setelah melalui proses yang panjang, saya diterima di Fakultas Ilmu Pendidikan di Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta) mengambil jurusan Pendidikan Khusus. 

Saya menyelesaikan kuliah pada tahun 1989. Setelah lulus, saya mengabdi sebagai wiyata bakti di Sekolah Luar Biasa (SLB) Dekso, Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta. Di sekolah tersebut, saya bernasib baik yang mempertemukan saya dengan jodoh saya. 

Setelah itu, karena keinginan cepat jadi PNS, saya kembali ke Wonosobo sambil mengabdi di sekolah dasar dekat rumah. Masa wiyata bakti harus saya jalani cukup lama, hingga nyaris menyentuh titik putus asa. Ternyata untuk menjadi PNS itu bukan suatu hal yang mudah terwujud. Penuh dengan tantangan, perjuangan, dan pengorbanan yang luar biasa. Duka yang pernah saya lalui di antaranya adalah pernah mengajar tiga kelas setiap hari, padahal kondisi tubuh sudah terasa begitu lelah. Dengan kondisi kurang sehat, harus tetap berangkat demi mencerdaskan anak negeri. 

Setelah mengalami berbagai seleksi tes CPNS, akhirnya tahun 2002, saya diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal itu merupakan anugerah terindah yang pernah saya alami dalam perjalanan hidupku.  Bagaimanapun itu wajib saya syukuri. 

Selama saya menjadi abdi negara, saya berusaha untuk selalu disiplin, bekerja keras tanpa pamrih. Bahkan saya pernah jalan kaki sejauh 8 KM selama tiga tahun untuk menjalankan tugas. Setiap hujan, harus melewati jalan yang licin dan becek. Pernah trauma karena beberapa kali jatuh dari sepeda motor. Kondisi medan menuju tempat mengajar saat itu memang tidak kondusif, terjal dan berbatu, tanah liat, dan becek. Saya bersyukur, sekarang jalan yang saya tempuh untuk sampai tempat kerja sudah beraspal dan nyaman dilalui. 

Apapun kondisinya, pengabdian sebagai seorang guru harus dilalui dengan ikhlas.  Maka semua itu akan membuahkan hasil yang berkah dan kepuasan batin yang tidak bisa diukur dengan materi. Setiap orang pasti memiliki selera yang berbeda, bahkan cara yang digunakan dalam menyikapi tugas dan tanggung jawab sehari-harinya pun berbeda. Dan menjadi seorang guru, harus bisa menjadi suri tauladan bagi para siswanya dan masyarakat. 

Secara garis besar, menjalani profesi guru itu sungguh berat. Bahkan mungkin tidak bisa dirasakan di profesi lainnya. Tapi menjadi guru itu merupakan ladang amal jariyah yang tiada putus pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah tiada. Menjalani profesi guru harus  menjadi panggilan jiwa, kebahagiaan, kepuasan batin, dan kebanggaan. 

Profesi guru, sampai kapanpun pasti akan tetap dibutuhkan sepanjang peradaban manusia masih ada, walaupun teknologi sudah berkembang secanggih apapun. Tanpa kehadiran seorang guru, pendidikan tidak akan bisa maju. Jadi, mari bergerak serentak mencerdaskan anak bangsa yang berkarakter Pancasila. (*) 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud

Berita Terkait

Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza
Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat
Mengesankan, Guru Asal Wonogiri Fasih Bahasa Inggris hingga Viral Karena Konten Uniknya
Kisah Kepala Sekolah Muda Asal Semarang Memik Nor Fadilah: Tumbuhkan Kepemimpinan Melalui Kedekatan dengan Siswa
Perjuangan Ana Rahmawati, Guru Asal Pati yang Mengajar Penuh Dedikasi Sembari Menanti Keputusan Penempatan ASN
Merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan Sederhana
Supar: Anak Perbatasan yang Sukses Wujudkan Impian Jadi Guru
Perjalanan Umroh yang Penuh Magis 
Berita ini 12 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 13 Maret 2024 - 11:34 WIB

Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza

Minggu, 20 Agustus 2023 - 21:20 WIB

Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat

Minggu, 2 Juli 2023 - 22:08 WIB

Mengesankan, Guru Asal Wonogiri Fasih Bahasa Inggris hingga Viral Karena Konten Uniknya

Selasa, 6 Juni 2023 - 19:26 WIB

Kisah Kepala Sekolah Muda Asal Semarang Memik Nor Fadilah: Tumbuhkan Kepemimpinan Melalui Kedekatan dengan Siswa

Senin, 5 Juni 2023 - 19:30 WIB

Perjuangan Ana Rahmawati, Guru Asal Pati yang Mengajar Penuh Dedikasi Sembari Menanti Keputusan Penempatan ASN

Sabtu, 22 April 2023 - 18:53 WIB

Merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan Sederhana

Jumat, 21 April 2023 - 14:05 WIB

Supar: Anak Perbatasan yang Sukses Wujudkan Impian Jadi Guru

Jumat, 21 April 2023 - 13:40 WIB

Perjalanan Umroh yang Penuh Magis 

Berita Terbaru