Merdeka Belajar adalah sebuah program kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) yang dicanangkan oleh Nadiem Anwar Makarim. Suasana yang diharapkan oleh Nadiem saat pembelajaran adalah suasana yang nyaman dan tenang saat belajar. Artinya, pendidikan yang dilakukan saat ini harus disesuaikan dengan kemauan dan kemampuan siswa.
Seiring waktu berjalan, keinginan pemerintah untuk menerapkan program Merdeka Belajar banyak disalahartikan. Pola pikir masyarakat dalam mengartikan pengertian Merdeka Belajar sangatlah beragam. Ada yang mengartikan siswa bebas menerima dan tidak menerima materi yang disampaikan guru. Yang kedua, ada yang mengartikan kebebasan dalam menerima segala informasi pendidikan baik dari media atau guru.
Pola pikir yang kedua inilah yang seharusnya dipahami oleh masyarakat dan oleh seluruh siswa. Dengan demikian, dalam sebuah pembelajaran diharapkan siswa tidak bosan dalam menerima materi yang dipelajari. Kebebasan dalam menerima segala informasi belajar dinilai dapat mendukung kenyamanan dalam berpikir untuk memahami suatu masalah, mendukung siswa lebih mengerti, dan berpikir lebih luas dalam mengartikan materi yang dipelajari.
Dalam pembelajaran IPA misalnya, keinginan siswa dalam belajar tidak perlu dibatasi. Mereka bebas dalam memecahkan masalah di setiap materi di mata pelajaran IPA. Untuk itu guru dapat memberi kesempatan seluas-luasnya agar mereka menjadi merdeka dalam belajar.
Rasa bosan memang seringkali menjadi kendala dalam sebuah pembelajaran dan itu tidak bisa dihindari dalam mengerjakan materi hitungan. Terlebih ketika mempelajari rumus–rumus yang terdapat pada diktat pelajaran. Rasa ngantuk, ingin ke kamar kecil, ingin pergi ke masjid untuk sholat merupakan alasan-alasan yang sering disampaikan siswa yang sebenarnya hanya untuk menghindari kebosanan dalam pembelajaran tersebut.
Hal demikian juga sering terjadi pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi Fisika yang memang sangat menuntut ketelitian dan fokus dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Dan juga butuh ketenangan dalam berpikir yang logis.
Untuk itu, sikap seorang guru dalam membimbing materi IPA harus telaten dan sabar. Siswa yang merasakan kejenuhan terkadang tidak pada materinya melainkan cara penyampaian guru yang monoton dan kurang variatif. Guru tidak menerapkan model pembelajaran yang variatif dan kurangnya media yang disiapkan. Oleh sebab itu, seorang guru harus dapat menerapkan teori belajar yang sesuai supaya siswa tidak mengalami kebosanan.
Seorang guru IPA bebas menggunakan metode apa saja dalam pembelajaran bersama siswa. Misalnya menggunakan model pembelajaran discovery learning. Model pembelajaran discovery learning atau pembelajaran penemuan adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi apabila materi pembelajaran tidak disajikan dengan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan peserta didik itu sendiri yang mengorganisasi sendiri.
Dengan model pembelajaran discovery learning ini diharapkan dapat mengatasi kebosanan siswa di mana siswa menemukan jawaban sendiri atas masalah-masalah yang ditemukan. Dan jawaban tersebut kemudian didiskusikan dengan teman sebangku. Sementara itu guru bersifat mendampingi siswa dalam pemahaman konsepnya. Dengan demikian, hubungan antara guru dengan siswa menjadi lebih menyenangkan.
Inovasi dalam Merdeka Belajar
Merdeka Belajar yang diterapkan di kelas bisa mengikis kebosanan siswa disebabkan penyampaian materi IPA akan lebih menyenangkan karena guru banyak berinovasi dalam model pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan. Sehingga rasa cemas dan ketakutan dalam belajar menjadi berkurang.
Hal inilah yang sangat diharapkan dalam pembelajaran saat ini. Tujuan Merdeka Belajar adalah mengajak siswa lebih kreatif dan inovatif dalam setiap kesempatan belajar materi IPA. Setiap soal yang dikerjakan walau jawaban tidak ditemukan mereka tidak perlu patah semangat dan bisa terus mencari jawaban yang benar. Sedangkan guru sebagai pengajar dan pendidik yang baik tidak boleh menyudutkan siswa dalam setiap jawaban yang keluar dari mereka. Hal inilah pentingnya Merdeka Belajar yang fungsinya mengikis kebosanan siswa dalam pembelajaran IPA.
Hubungan antara guru dan siswa adalah faktor pendukung karena dalam Merdeka Belajar guru adalah pendorong yang baik. Jadi meskipun siswa sulit memahami materi IPA bukan menjadi momok lagi, karena siswa bisa mencari alternatif jawaban dari media internet yang tersedia di setiap sudut sekolah. Dengan cara seperti itu, siswa akan menjadi lebih semangat dan nyaman dalam belajar.
Namun demikian, merdeka belajar tak seperti melepas burung dari sangkar. Tetapi mereka harus tetap dibimbing dan perlu pengawasan serta butuh pengerahan. Pasalnya kita tahu, ketika siswa berselancar di internet untuk mencari informasi pelajaran, juga dapat terjerumus pada situs-situs terlarang yang tidak bagus untuk perkembangan mereka.
Hal tersebut perlu perhatian besar. Sebab akhlak mereka yang akan menjadi taruhannya. Untuk itu, gemblengan ilmu agama yang kuat sebagai pondasi sangat dibutuhkan dalam proses merdeka belajar. Agar hasilnya lebih maksimal.
Masalah kebosanan dalam pembelajaran juga sering dialami oleh peserta didik di SMPN 3 Krian. Dari tahun ke tahun, tingkat kebosanan semakin tinggi. Hal seperti ini mungkin juga dialami oleh sekolah-sekolah lainnya. Namun sebagai pendidik, kita harus memiliki sikap untuk mengetahui apa yang dirasakan siswa untuk menanggapi tingkat kebosanan yang tinggi tersebut. Dan kemampuan seorang pendidik dalam mengelola kelas sangat penting untuk menyenangkan siswa.
Ditulis oleh Mukjijatin, S.Pd (Guru IPA di SMP Negeri 3 Krian)