Menurut salah seorang pakar parenting, Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari atau yang lebih dikenal dengan sebutan Abah Ihsan, ada dua tipe orang tua. Pertama, tipe orang tua yang malas belajar dan mendidik anak dengan ilmu ala kadarnya. Kedua, tipe orang tua pembelajar. Tipe orang tua pembelajar adalah tipe orang tua yang mau terus belajar dan membekali diri dengan ilmu, baik ilmu yang diperoleh dari buku, seminar parenting, dan dari para pakar.
Kata ‘orang tua’ dapat bermakna orang yang sudah tua atau orang yang harus dihormati. Kata tersebut juga bisa bermakna seorang ayah dan ibu. Dan di tengah masyarakat, sebutan orang tua cenderung mengarah kepada pengertian peran ayah dan ibu.
Menjadi orang tua adalah kodrat siapapun yang telah menikah dan memiliki anak. Siap tidak siap, mau tidak mau, ketika laki-laki dan perempuan sudah menikah pasti akan menjadi orang tua. Kecuali bagi beberapa orang yang memang tidak ditakdirkan untuk memiliki keturunan.
Peran Orang Tua
Di dalam sebuah keluarga, orang tua memiliki peran yang sangat penting, terutama bagi anak-anaknya. Orang tua adalah orang yang pertama kali dikenal oleh anak, orang yang paling dekat dengan mereka. Orang tua adalah orang yang paling berperan dalam membesarkan, membimbing, mengajarkan, serta mendidik anak. Sehingga, apapun yang dilakukan oleh orang tua, secara tidak langsung akan dicontoh oleh anak.
Namun terkadang banyak orang tua yang tidak bisa memposisikan diri di hadapan anak-anak. Kapan orang tua harus memposisikan diri sebagai orang yang harus dihormati; kapan orang tua harus memposisikan diri sebagai teman sekaligus sahabat yang bisa menjadi tempat bercerita dan berkeluh-kesah tentang apapun yang mereka alami. Tidak jarang orang tua bersikap egois terhadap anak-anak. Mereka ingin dihormati, ditakuti, disegani namun tidak mau melakukan hal yang sama kepada anak-anak.
“Jangan ajari orang tua!”
“Anak kecil tau apa, tidak usah ikut campur!”
“Tugasmu hanya belajar!”
Kalimat-kalimat semacam itu sering kali dilontarkan oleh orang tua kepada anak. Secara tidak sadar, anak akan berpikir bahwa mereka tidak dihargai dan tidak dianggap oleh orang tua mereka.
Kewajiban orang tua terhadap anak, tidak hanya dalam bentuk memenuhi kebutuhan materi saja. Akan tetapi, yang paling penting adalah bagaimana orang tua menjalani kewajiban untuk memberikan rasa nyaman yang harus mereka dapatkan dari orang tua mereka sendiri.
Orang Tua di Era Digital
Menjadi orang tua cerdas bukan berarti orang tua harus punya otak pintar, mempunyai pengalaman dan wawasan yang luas. Akan tetapi, bagaimana menjadi orang tua yang bijaksana bagi anak.
Dari zaman dahulu sampai sekarang, orang tua tetaplah sama. Dalam arti bahwa, orang tua adalah panutan bagi seorang anak. Namun, seiring perkembangan zaman, permasalahan yang dihadapi oleh orang tua tidak hanya sekedar bagaimana memenuhi kebutuhan hidup anak-anak mereka, mencari nafkah, menghadapi mereka yang rewel, bertengkar dengan teman, atau permasalahan-permasalahan yang memang sudah lazim dialami oleh anak. Permasalahan yang dihadapi orang tua zaman sekarang jauh lebih kompleks dan rumit. Oleh sebab itu, orang tua zaman sekarang dituntut bisa bersikap lebih bijaksana dalam menghadapi anak.
Perkembangan zaman yang semakin canggih dalam konteks teknologi dengan hadirnya gadget, membuat banyak orang tua bisa kewalahan menghadapi anak, terutama anak yang kecanduan bermain game. Ketika anak sudah kecanduan game, orang tua kadang-kadang kehabisan cara untuk menghadapi mereka.
Lingkungan adalah salah satu faktor yang menjadi alasan seorang anak tumbuh menjadi pribadi anak yang berbeda dari yang diharapkan oleh orang tua. Orang tua tidak mungkin akan menemani anak bermain selama 24 jam. Apalagi ketika mereka sudah mulai dewasa dan bergaul dengan temannya.
Di sinilah orang tua harus cerdas dalam hal bagaimana menjalin dan menjaga hubungan serta komunikasi dengan anak. Ketika orang tua bisa bersikap dan berperan menjadi teman, saudara, sahabat, maka akan membuat anak menjadi nyaman. Dengan demikian, anak tidak akan mencari pelarian atau tempat bercerita dan berkeluh-kesah di luar sana. Mereka tidak akan menghabiskan waktu hanya untuk bermain game.
Mengikuti Perkembangan Zaman
Sebagai orang tua di era digital, mengikuti perkembangan zaman adalah hal yang memang harus dilakukan agar bisa mengetahui apa saja yang lagi digandrungi oleh dunia anak saat ini. Apabila orang tua bersikap tidak peduli dengan dunia digital, anak justru akan merasa tidak antusias ketika mereka ingin bercerita tentang apa yang mereka temukan di gadget mereka dan lain sebagainya. Mengingat semakin hari perkembangan teknologi semakin canggih, terutama yang berkaitan dengan gadget.
Di era digital seperti sekarang ini siapapun bisa dengan mudah mencari informasi dari berbagai belahan dunia yang terkadang tidak pantas dikonsumsi oleh anak-anak. Hal seperti itu pasti menjadi kekhawatiran setiap orang tua. Oleh sebab itu, orang tua memang dituntut menjaga agar mereka tidak terjerumus ke dalam hal-hal negatif akibat pengaruh dari digital tersebut.
Mengacu dari pernyataan Abah Ihsan di atas, maka menjadi orang tua yang cerdas di era digital memang sudah menjadi hal yang harus dilakukan untuk menyelamatkan anak dari hal-hal negatif yang mungkin ditimbulkan oleh perkembangan zaman yang makin hari makin tidak terkendali.
Kita harus menjadi orang tua pembelajar agar bisa menjadi orang tua yang ideal bagi anak di era digital ini. Hendaknya, orang tua memperlakukan anak tidak hanya sebatas hubungan orang tua dengan anak, akan tetapi orang tua harus bisa memperlakukan anak layaknya teman, sahabat, atau saudara. Sehingga anak anak bisa bercerita, curhat, dan berkeluh-kesah dengan leluasa tanpa ada perasaan terintimidasi dan selalu takut dengan orang tua.
Semakin dekat orang tua dengan anak, maka akan semakin membuat anak merasa bahwa mereka tidak perlu mencari pelarian seperti bermain game atau mencari hal-hal yang tidak pantas melalui gadgetnya. Karena kebutuhan fisik dan juga psikis mereka sudah didapatkan dari kedua orang tua.
Hilangkan sikap egois berlebihan kepada anak dan mari menjadi orang tua bijaksana di era digital!
Ditulis oleh: Hariyanti, S.Pd., Guru di MTs Negeri 1 Mataram