Oleh Cut Arya Fariyanti, S.Pd
Guru di Min 17 Pidie
Menjadi seorang guru adalah impianku sejak kecil. Saat bermain bersama teman-teman, di saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar, setiap sore aku senang bermain sekolah-sekolahan. Aku menjadi guru dan teman-teman menjadi murid-muridku.
Kapur tulis dari sekolah yang sudah patah-patah sering aku kumpulkan. Lalu aku bawa pulang, untuk nanti sore digunakan bermain sekolah-sekolahan bersama teman-teman. Dengan berbekal kapur tulis patah-patah tersebut dan sepetak papan tulis hitam yang sudah tidak dipakai berukuran sekitar 50 cm x 30 cm, aku berperan seolah menjadi guru dan teman-teman menjadi muridku. Kadang tersenyum dalam hati saking senangnya menjadi guru dan bermain sekolah-sekolahan.
Tidak dapat dipungkiri bakat dan minatku menjadi seorang guru terinspirasi oleh Ibundaku tercinta. Semasa hidupnya, Ibunda tercinta mengajar di Sekolah Dasar Negeri.
Jenjang pendidikanku, setelah tamat SD, aku melanjutkan ke SMP. Setelah itu melanjutkan ke SMU. Tamat dari sekolah menengah umum aku melanjutkan belajar ke salah satu universitas yang ada di kota Banda Aceh dan mengambil program Diploma (D2).
Selam kuliah, aku menetap di Banda Aceh selama 2 tahun. Setelah kuliah tamat, aku dilamar seorang pria dan menikah. Walaupun sudah menjadi ibu rumah tangga, keinginan untuk menjadi seorang guru tetap besar. Dan akhirnya aku minta izin kepada suami sekaligus minta dicarikan tempat untuk mengasah kemampuan mengajarku. Walaupun tanpa diupah atau digaji seadanya, aku tetap ikhlas menjalani. Yang penting aku bisa menjadi guru.
Setelah mendatangi salah satu madrasah yang kebetulan ada di dekat tempat tinggalku dan berbicara langsung dengan Kepala Sekolah, akhirnya aku diterima. Esok harinya langsung masuk kelas untuk mengajar. Seperti mimpi rasanya; senang dan bahagia bisa langsung berhadapan dengan peserta didik.
Setelah beberapa tahun menjadi guru honorer, saat itu daerah kami mengalami bencana alam (Tsunami) yang mengakibatkan rumah kami hancur dan porak-poranda bersama dengan isinya. Sehingga aku tidak memiliki apa-apa lagi selain keluarga.
Namun ada hikmah di balik kesedihan itu. Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menggantikan kesedihanku dengan rezeki yang sangat besar. Pada suatu hari ada pemberitahuan dari kantor Kementerian Agama bahwa bagi guru honorer yang telah mengabdi beberapa tahun lamanya, akan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tanpa harus ikut tes. Syaratnya hanya dengan bukti SK sebagai guru honorer selama beberapa tahun dan memenuhi syarat-syarat yang lainnya.
Selang beberapa bulan pendaftaran, pengumuman pun ditempelkan di kantor Kementerian Agama (Kemenag). Alhamdulillah, namaku tertera di sana. Dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur kepada Allah, segera aku bergegas pulang memberitahukan kepada suami dan Ibundaku tercinta. Semua itu berkat doa Ibunda yang hebat serta dukungan suamiku. Sehingga aku bisa meraih kesuksesan seperti sekarang ini.
Aku bahagia sekali menjadi seorang guru. Niat, keinginan, dan cita-cita, itu semua adalah kunci keberhasilan. Dan tentu saja harus diiringi dengan doa dan usaha.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
*Meniti Jalan Menjadi Guru (MJMG) adalah konten serial yang mengisahkan perjalanan dan pengalaman menjadi seorang guru yang ditulis sendiri oleh nama bersangkutan. Tayang eksklusif di NaikPangkat.com dan akan dibukukan dalam sebuah antologi dengan judul “Meniti Jalan Menjadi Guru”