Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Materi Sejarah Kontemporer Dunia dengan Model Pembelajaran Project Based Learning

- Editor

Minggu, 4 Juni 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Eka Wahyu Jennywanti/SMA Darul Ulum 1 Peterongan Jombang

Eka Wahyu Jennywanti/SMA Darul Ulum 1 Peterongan Jombang

Oleh Eka Wahyu Jennywanti, S.Pd.

Guru di SMA Darul Ulum 1 Peterongan Jombang

 

 

Dalam rangka melatih motivasi aktif siswa yang dalam proses pembelajaran sejarah, maka diperlukan metode dan model pembelajaran yang mutakhir agar siswa tidak bergantung pada guru. Sementara itu guru bertugas sebagai pembimbing siswa antara lain sebagai pengelola kelas, mediator, fasilitator serta sebagai evaluator untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar. Dan keberhasilan pembelajaran tersebut nantinya akan ditentukan banyak faktor, salah satunya adalah guru.

Menurut Degeng yang dikutip oleh Sugiyono (2009:1) mengemukakan bahwa ketertarikan siswa terhadap suatu mata pelajaran ditentukan oleh  mata pelajaran itu sendiri dan style mengajar guru. Sayangnya, kebanyakan guru dalam mengajar cenderung menghafal dan konvensional sehingga siswa cenderung pasif dalam belajar. Situasi belajar yang demikian membuat kurangnya motivasi dan keaktifan belajar sejarah. Oleh karena itu, tugas profesional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tidak berarti menjadi bermakna.

Dalam sebuah jurnal dengan judul Metode Pembelajaran Monoton ke Pembelajaran Variatif (2016:48), rendahnya  motivasi siswa  disebabkan penggunaan metode pembelajaran yang tidak tepat dan monoton. Maka dari itu, seorang pendidik seharusnya memiliki empat kompetensi yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Hanya saja sebagian guru sudah kehilangan jati diri sehingga tidak lagi menjadi idola atau panutan. Bukan hanya itu saja, sebagian pendidik juga mengalami kesulitan di dalam penggunaan metode pembelajaran karena masih menggunakan cara yang lama (metode ceramah).

Menghadapi masalah tersebut sebagai guru wajib mencari solusi yang tepat untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut yang pada prinsipnya bahan pelajaran dapat disajikan secara menarik sebagai upaya menumbuhkan motivasi belajar anak didik. 

Motivasi siswa dalam belajar  berhubungan erat dengan emosi, minat, dan kebutuhan anak didik. Motivasi intrinsik yang berarti dorongan rasa ingin tahu, keinginan mencoba, dan sikap mandiri anak didik dapat dijadikan landasan bagi pendidik untuk menentukan pola motivasi ekstrinsik, sehingga tujuan pembelajaran efektif. Dengan demikian dibutuhkan keterlibatan intelek-emosional anak didik dalam proses interaksi edukatif. Guru diharapkan mampu mengelola motivasi dengan menerapkan aktivitas anak didik, yaitu belajar sambil melakukan (learning by doing). 

Rendahnya motivasi belajar untuk mata pelajaran Sejarah juga terjadi di kelas XII IPS 3 SMA Darul Ulum 1 Peterongan Jombang. Tampak pembelajaran di kelas terkesan  flat yang mengarah pada rendahnya motivasi siswa. Hal itu tampak pada saat di kelas, siswa mengobrol, keluar masuk kelas dengan alasan izin ke kamar mandi, mengantuk bahkan ada yang tertidur, makan makanan ringan, bahkan mengganggu siswa lain.  

Indikasi tersebut jelas menunjukkan rendahnya motivasi belajar sejarah siswa kelas XII IPS 3. Model yang dipakai dalam pembelajaran yang kurang menarik diduga menjadi sebab siswa menjadi bosan. Dampaknya siswa menjadi bosan dan tidak menemukan ritme asyiknya belajar sejarah, maka dibutuhkan model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, seperti model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).

Menurut Eti Suryani (2017:48) pembelajaran berbasis proyek (PjBL) secara sederhana dapat dijabarkan sebagai suatu proses pengajaran yang mencoba mengaitkan teknologi dengan problematika sehari- hari siswa. Melalui model pembelajaran PjBL, siswa dapat terfasilitasi gaya belajarnya yaitu ada siswa yang senang dengan gaya belajar audio, sementara di sisi lain ada yang senang dengan visual maupun kinestetik. Apalagi era digital saat ini, tentunya siswa sangat antusias jika mereka diberikan kepercayaan boleh menghasilkan karya melalui aplikasi TikTok ataupun Canva yang tentunya harus dengan pantauan guru agar mereka tidak memanfaatkan teknologi untuk hal negatif. 

Project Based Learning menekankan pada pentingnya proses atau aktivitas siswa dalam merancang proyek sehingga menjadikan pembelajaran sejarah sebagai pengetahuan yang lebih bermakna dengan memberi kebebasan pada siswa untuk mengeksplorasi dan mengkonstruksi pengetahuan yang mereka temukan. Sehingga model pembelajaran ini dinilai mampu meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa terhadap materi sejarah. 

Di sisi lain, model pembelajaran Project Based Learning mampu memecahkan dan memberi manfaat terhadap pembelajaran sejarah yang dianggap membosankan dan sulit dipahami. Pembelajaran sejarah dinilai akan lebih efektif untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi sejarah dengan penerapan Project Based Learning sebab mendorong siswa untuk aktif termotivasi dan memberi ruang siswa untuk menumbuhkan pemahaman sejarahnya dengan mengeksplorasi seluas-luasnya melalui media lain selain buku atau bertukar pikiran bersama teman, dan mendorong ide-ide kreatif untuk memperoleh pengetahuan. Sedangkan guru dapat berperan optimal tanpa terkesan mendominasi dengan menjadi fasilitator dan memonitoring siswa pada saat pembuatan proyek.

Project Based Learning sebagai strategi pembelajaran merupakan student centered, menuntun siswa agar mampu memanfaatkan konsep dan pengalaman belajarnya sehingga secara tidak langsung mendorong terciptanya sebuah pemahaman. Pada intinya, istilah-istilah yang perlu didefinisikan secara operasional dalam memahami model pembelajaran project based learning terhadap motivasi belajar siswa pada materi pembelajaran sejarah kontemporer adalah sebagai berikut:

  1. Project based learning merupakan strategi belajar mengajar yang melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk masyarakat atau lingkungan. Pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kreativitasnya dalam proses merancang dan membuat proyek yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan.  Model Project Based Learning mampu memecahkan dan memberi manfaat terhadap pembelajaran sejarah yang dianggap membosankan dan sulit dipahami. 
  2. Pembelajaran sejarah menjadi lebih efektif mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi sejarah dengan penerapan Project Based Learning yang mendorong siswa untuk aktif, memberi ruang siswa untuk menumbuhkan pemahaman sejarahnya dengan mengeksplorasi seluas-luasnya melalui media lain selain buku atau bertukar pikiran bersama teman, dan mendorong ide-ide kreatif untuk memperoleh pengetahuan. Sedangkan guru dapat berperan optimal tanpa terkesan mendominasi dengan menjadi fasilitator dan memonitoring siswa pada saat pembuatan proyek. 
  3. Adapun karakteristik dari Project Based Learning adalah menjadikan proyek sebagai proses belajar dan kerja sama kelompok di mana proyek tersebut merupakan hasil dari pemecahan masalah secara mandiri dan kolaboratif yang kemudian dipresentasikan dan dinilai berdasarkan rubrik penilaian. Project Based Learning dinilai mampu menumbuhkan kemampuan kognitif dan keterampilan siswa, meningkatkan motivasi dalam belajar sejarah, meningkatkan kemampuan berkolaborasi dan keterlibatan dalam belajar. 

 

Penerapan Project Based Learning ini berlandaskan pada teori belajar konstruktivisme Vygotsky yang menganggap belajar bukan sekedar menghafal, melainkan proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman, Tirtawaty Abdjul (2019:12). Teori konstruktivisme berhubungan dengan bagaimana siswa memperoleh pengetahuan yang menekankan pada makna sehingga pengetahuan yang diperoleh bukan hanya sekedar hasil pemberian guru, melainkan hasil dari proses konstruksi setiap individu. Siswa yang mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri akan menciptakan pemahaman terhadap sebuah pengetahuan dan bukan hanya menghafal.

Langkah-langkah Project Based Learning (PjBL) adalah sebagai berikut:  

  1. Penyajian permasalahan. Permasalahan diajukan dalam bentuk pertanyaan di mana pertanyaan awal yang diajukan bersifat esensial sehingga memotivasi siswa untuk terlibat belajar.
  2. Membuat perencanaan. Guru perlu merencanakan standar kompetensi yang akan dikaji ketika membahas permasalahan.
  3. Menyusun penjadwalan. Siswa harus membuat penjadwalan pelaksanaan proyek yang disepakati bersama guru.
  4. Memonitor pembuatan proyek. Pelaksanaan pekerjaan mahasiswa harus dimonitor dan difasilitasi prosesnya.
  5. Melakukan penilaian. Penilaian dilakukan secara autentik dan guru perlu memvariasikan jenis penilaian yang digunakan.
  6. Evaluasi. Proses evaluasi dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada siswa dalam melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Siswa perlu  berbagi  perasaan dan  pengalaman, mendiskusikan apa yang sukses dan apa yang perlu dirubah, dan berbagai ide yang mengarah pada inkuiri baru.

 

Model pembelajaran project based learning telah terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah peminatan materi bersatunya Jerman Barat Timur dan runtuhnya Uni Soviet pada kelas XII IPS SMA Darul Ulum 1 Peterongan Jombang. Hal ini terlihat dari peningkatan motivasi pada tiap siklus dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh penulis di mana pada pra siklus yaitu 8 peserta didik atau 40%; siklus I yaitu 15 peserta didik atau 75%; pada siklus II ada 18 peserta didik atau 90%. Hasil tersebut sudah sesuai indikator yang ditentukan yaitu diatas 85%. (*)

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

 

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 805 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis