Karakter Generasi Masa Kini dan Permainan Tradisional yang Terlupakan

- Editor

Sabtu, 23 April 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Bernadetha Sri Hardiyanti, S.Pd.

Guru di SMK Negeri 5 Surakarta

Generasi yang paling mendominasi di abad 21 ini adalah mereka yang dikenal sebagai generasi milenial. Generasi ini melambangkan manusia yang lahir pada tahun 1996 hingga tahun 2010. Generasi ini disebut juga Generasi X. 

Kelompok generasi tersebut jelas menunjukkan karakteristik, preferensi, dan nilai moral yang serupa karena dibesarkan di zaman yang sama. Berbanding terbalik dengan karakteristik anak-anak yang lahir 20 hingga 30 tahun yang lalu. 

Lantas apa faktor penyebab perbedaan karakteristik tersebut? Salah satu faktornya adalah berkembangnya teknologi informasi yang sangat pesat. Perkembangan teknologi informasi telah melahirkan sebuah alat komunikasi canggih yang sering disebut dengan gadget. 

Alat-alat itu membuat seseorang bisa berkomunikasi dengan siapa pun dan kapan pun. Dengan ponsel pintar, misalnya, seseorang bisa melihat banyak hal yang di masa-masa sebelumnya sulit dijangkau. Ingin tahu apa saja bisa dicari di internet. 

Generasi X umumnya telah mengenal teknologi digital sejak usia muda dan merasa nyaman dengan internet dan media sosial, tetapi mereka belum sepenuhnya terlibat dalam pengembangan teknologi yang membangun sistem canggih yang mereka gunakan.

Hal urgen yang harus kita pikirkan sebagai orang tua adalah dampak negatif dari penggunaan gadget pada anak-anak. Terkadang kita orang tua salah karena justru bangga manakala melihat anak balita yang sudah fasih mengoperasikan gadgetnya. Kebanggaan pada anak-anak yang demikian ternyata salah. Sebab kesempatan emas membangun karakter anak-anak kita, dapat terhalang oleh gadget. Karakter baik yang seharusnya menjadi fondasi hidup justru tidak tersampaikan. 

Orang tua baru tersadar ketika anak cuek pada lingkungan. Dipanggil beberapa kali tidak merespon dan cenderung asyik dengan gadgetnya.  Adakah solusi untuk mengobati kegalauan orang tua seperti ini? 

Di masa pertumbuhan anak-anak, seharusnya lebih menekuni dolanan tradisional yang sebenarnya tidak kalah menarik. Setiap dolanan atau mainan  tradisional sesungguhnya sudah didesain sedemikian rupa, baik berdasarkan tingkatan umur, manfaat, jenis kelamin, tingkat imajinasi, kemampuan daya nalar, bahkan karakter psikologis. Sayangnya memang sudah banyak permainan tradisional yang sudah tenggelam tergusur dan tergerus oleh gadget. 

Permainan tradisional sendiri banyak macamnya. Misalnya  engklek, yoyo, dakon, bola bekel, egrang, gasing, lompat tali karet, dan lain sebagainya. Alangkah baiknya jika permainan-permainan ini dikenalkan pada generasi masa kini. 

 Lalu karakter apa yang dapat kita bangun pada anak-anak dengan media permainan tradisional tersebut? 

Engklek

Permainan ini dimainkan di atas bidang  permainan berupa gambar 8 kotak atau satu gambar gunung. Permainan ini bisa dimainkan sendiri atau bersama rekan yang lain. 

Game sederhana ini dapat mengasah kemampuan motorik karena permainan ini membutuhkan stamina dan kekuatan fisik terutama kekuatan kaki, refleks, keseimbangan motorik, dan daya tahan. 

Ketika pemain melompat, harus bisa mendeteksi kotak nomor berapa yang terisi. Dengan demikian, para pemainnya akan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan memberikan kepuasan psikologis. 

Selain itu dengan permainan engklek, anak-anak dapat mengembangkan nilai-nilai kehidupan  sosial bermasyarakat. Misalnya dalam berinteraksi dengan teman sebaya, membina hubungan dengan kelompok, serta mengatasi konflik dalam bermain.

Yoyo  

Yoyo adalah suatu mainan yang tersusun dari dua cakram berukuran sama, biasanya terbuat dari plastik, kayu, atau logam, yang dihubungkan dengan suatu sumbu, terdapat gulungan tali yang digunakan untuk memutar cakram tersebut. 

Permainan yoyo adalah salah satu permainan yang populer di banyak bagian dunia. Walaupun secara umum dianggap permainan anak-anak, tidak sedikit orang dewasa yang memiliki kemampuan profesional dalam memainkan yoyo. 

Dari alat permainan ini, anak-anak kita dapat belajar melatih kesabaran, kelincahan, kecepatan,kestabilan, konsentrasi, kesungguhan, dan kecepatan kerja tangan.

Dakon

Permainan ini berupa papan kayu atau plastik yang berlubang baik di sisi kanan kirinya dengan jumlah yang ganjil. Dakon dimainkan oleh dua orang. 

Sebelum main, kedua pemain harus suit. Yang menang yang memulai permainan. Cara permainannya adalah dengan membagi biji-biji pada masing-masing lubang sendiri atau lubang lawan. 

Permainan ini menuntut kesabaran kedua pemain. Adapun karakter yang dapat

terbangun adalah sikap yang sabar, teliti, jujur, konsentrasi, strategi berpikir, tanggung jawab,telaten, saling berbagi, fokus, cermat dalam penghitungan, dan adil. 

Bola bekel

Bermain bola bekel sangat asyik. Asyik  karena kita harus melempar bola ke atas dan wajib dapat menangkapnya kembali dengan gesit sembari mengubah “ceken” atau manik-manik berdasarkan banyaknya titik. Permainan bola bekel ini bisa dimainkan secara individu atau berkelompok secara bergantian. 

Dari permainan anak-anak dapat melatih daya tangkap mata dan bertindak cepat. Selain itu juga akan mendorong karakter sigap, gesit, kecepatan berpikir kritis, kecepatan gerak motorik tangan, belajar mengatur dan memanfaatkan waktu yang singkat, melakukan atau membuat pola tertentu, memberikan kepuasan dan pengalaman berbeda saat berhasil melalui tantangan sulit dalam waktu yang sangat cepat, melatih dan mengembangkan imajinasi, kemampuan berpikir dan memprediksi kecepatan gerak suatu benda.

Egrang

Mainan ini terbuat dari dua bambu yang masing-masing diberi satu sekat di bawah untuk meletakkan kaki. Untuk mengawali permainan ini perlu tempat  relatif tinggi sekitar 60 cm. 

Permainan ini dapat melatih keseimbangan, konsentrasi, kelincahan, keluwesan, keberanian, keseimbangan badan, dan menjaga kesehatan tubuh. Hal-hal yang dapat terbangun dari permainan sederhana seperti ini sebenarnya sangat dibutuhkan oleh generasi milenial yang cenderung pasif. 

Gasing 

Mainan ini terbuat dari bambu yang berbentuk tabung yang  diberi lubang kotak kecil sebagai gawai untuk mengeluarkan suara suara. Mainan ini dapat bergerak dan bersuara dengan alat bantu tali yang dililitkan pada salah satu kayu yang ada di tubuh gasing. 

Permainan gasing biasanya dipertandingkan. Pemenangnya adalah yang memiliki kemampuan berputar paling lama. 

Manfaat permainan ini bagi pertumbuhan  anak-anak antara lain melatih anak mengenali keseimbangan antara kecepatan putaran gasing dengan besar atau kecil daya yang harus dikeluarkan, melatih keterampilan dan ketangkasan jari dan tangan anak, mengontrol dan mengarahkan putaran maupun kecepatan gerak benda berputar yang direkayasa. Selain manfaat-manfaat di atas ternyata gasing juga mampu mengenalkan anak pada prinsip-prinsip energi putaran dan dampaknya.

Lompat tali

Lompat tali merupakan permainan yang sangat menyenangkan dan menantang. Permainan ini mengharuskan pemainnya melompati tali yang ketinggiannya diatur secara bertahap, dari yang paling rendah sampai paling tinggi. Bila pemain gagal melompati tali, maka pemainnya tergantikan oleh salah satu pemegang tali. 

Tali yang digunakan bisa dibuat dari rangkaian karet. Tali karet ini merupakan salah satu permainan tradisional yang memiliki teknik dan cara berbeda-beda, bergantung komitmen para pemain dan adat kebiasaan daerah setempat. 

Meski sederhana, ternyata permainan ini dapat membangun karakter jiwa yang sportif, menumbuhkan motivasi atau semangat juang, membangun rasa solidaritas dan kebersamaan, dan mampu meningkatkan stamina dan daya tahan fisik.

Menilik banyaknya nilai-nilai luhur dari permainan tradisional  yang dapat menumbuhkan sekaligus membangun karakter anak, kiranya permainan ini perlu diperkenalkan dan diberikan pada generasi masa kini agar  mereka terbangun karakter unggulnya.

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 22 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis