Jenis pola asuh penting diterapkan kepada individu dengan kepribadian yang sehat serta individu yang dapat menyesuaikan diri terhadap dunia dan terhadap sesama manusia lainnya secara efektif dan kebahagiaan yang maksimal. Individu dengan kepribadian yang sehat akan mampu mengatur emosi, kecerdasan, perilaku sosial yang dapat diterima dan dalam kondisi bahagia.
Ada banyak faktor selain jenis pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya yang dapat membentuk kepribadian yang sehat seorang anak salah satunya adalah hubungan antara anak dengan orang tuanya di masa perkembangan awal. Hubungan antara orang tua dan anak dimasa perkembangan awal ini menjadi dasar anak dalam membentuk kepribadian hingga membentuk kematangan pada saat anak menginjak dewasa.
Hubungan atau interaksi antara orang tua dan anak inilah yang disebut dengan pola asuh. Orang tua mengasuh anaknya dengan segala sesuatu berpusat di orang tua. Orang tua menerapkan peraturan yang disertai dengan hukuman bila dilanggar dan anak harus mentaati tanpa diberi kesempatan untuk menguta-rakan pendapat dan perasaannya.
Komunikasi dalam pola pengasuhan ini bersifat satu arah yakni hanya terpusat pada orang tua. Orang tua mengasuh anaknya secara keras dan tegas. Namun pola asuh yang dijalankan tetap harus berdasarkan pada rasa cinta orang tua kepada anaknya. Hanya saja penerapannya yang kurang tepat untuk mendukung perkembangan kepribadian anak.
Penerapan pola asuh dapat menimbulkan gangguan kecemasan pada anak, ketidak mampuan anak dalam pengambilan keputusan dan anak akan memiliki kemampuan komunikasi yang rendah.
Dengan demikian anak tidak memiliki kesempatan untuk mengutarakan pendapat dan keinginannya sehingga mereka tidak terbiasa untuk mengutarakan keinginannya ataupun memutuskan penyelesaian permasalahan yang dihadapinya. Anak tidak mengetahui bagaimana harus bersikap, sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang penuh dengan keraguan dan cemas.
Ada empat gaya pengasuhan berbeda yang biasa diterapkan para orangtua, yaitu pengasuhan permisif, otoritatif, otoriter, dan tidak terlibat. Pola asuh otoritatif adalah pola asuh yang terbaik. Meski begitu setiap gaya pengasuhan memiliki pro dan kontra sendiri.
Setiap gaya membawa karakteristik yang berbeda dan memiliki dampak berbeda pula pada anak-anak. Gaya pengasuhan juga memengaruhi hubungan antara orangtua dan anak. Setiap gaya pengasuhan menggunakan pendekatan yang berbeda dan begitu pula hasilnya akan bervariasi.
Mengasuh anak adalah pilihan pribadi dan itu tergantung pada pola pikir dan keinginan dua orang, yaitu ayah dan ibu. Gaya pengasuhan memengaruhi perkembangan mental anak dan dapat memengaruhi pertumbuhan emosi dan psikologis anak secara keseluruhan.
Keempat jenis pola asuh ini berbeda dalam cara disiplin, pengasuhan, kehangatan, metode komunikasi, kontrol, dan tingkat kedewasaan. Beberapa gaya dan strategi pengasuhan yang berbeda yaitu:
- Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif dapat disebut sebagai jenis pola asuh yang toleran atau penuh kesabaran. Ciri-ciri gaya pengasuhan ini adalah memiliki beberapa aturan atau standar perilaku, aturan bisa tidak konsisten, jangan berharap terlalu banyak dari anak, dan terus mengasuh dan mencintai anak-anak. Efek dari gaya pengasuhan ini adalah bahwa anak-anak akan kekurangan disiplin diri, memiliki keterampilan sosial yang buruk, akan sangat menuntut dan merasa tidak aman.
- Pola Asuh Otoritatif
Gaya pengasuhan ini dikenal juga dengan pola asuh demokratis, di mana orangtua dana nak selalu bicara bersama untuk mendapatkan sebuah solusi bagi kedua pihak. Pola asuh seperti ini mendorong anak untuk berani berpendapat dan percaya diri. Anak merasa dihargai, karena orangtua terbuka mendengarkan pendapat anak. Ini juga yang kemudian merekatkan hubungan anak dan orangtua.
Orangtua juga bisa mendorong anak untuk disiplin dan mandiri, serta mendidik anak bagaimana membuat pilihan terbaik. Banyak penelitian yang menyebutkan, bahwa tipe pengasuhan otoritatif adalah yang terbaik untuk diterapkan pada anak.
- Pola Asuh Otoriter
Gaya pengasuhan ini ditandai dengan aturan orangtua yang kaku dan harapan tinggi untuk diikuti anak tanpa syarat. Karakteristik gaya pengasuhan seperti ini umumnya orangtua memiliki aturan yang ketat, sangat menuntut tetapi tidak responsif, dan tidak memberi anak-anak pilihan.
Hati-hati, efek dari pola asuh ini dapat membuat anak-anak memiliki perilaku yang lebih agresif di luar rumah, mengalami kesulitan dalam situasi sosial, dan tidak percaya diri di sekitar orang lain.Bahkan, anak-anak yang terpapar gaya pengasuhan seperti ini berisiko tidak berprestasi di sekolah.
- Pola Asuh yang Tidak Terlibat
Pola asuh yang tidak terlibat atau pola asuh yang tidak diperhatikan adalah gaya pengasuhan yang paling berbahaya. Dalam gaya pengasuhan seperti ini orangtua abai dan tidak memenuhi kebutuhan anak-anak mereka, baik fisik maupun psikis. Orangtua berharap anak-anak bisa membesarkan diri mereka sendiri.
Orangtua dengan pola asuh ini cenderung hanya sedikit atau sama sekali tidak mengetahui apa yang dilakukan atau diinginkan anak-anak mereka. Sebagian besar kasus ini terjadi, karena kondisi kesehatan mental orangtua atau penyalahgunaan zat.
Anak-anak yang terpapar gaya pengasuhan seperti ini tentu tidak merasa bahagia dalam hidup mereka, cenderung tidak berprestasi baik di bidang akademik, dan tidak percaya diri.
Strategi pengasuhan positif
- Strategi pengasuhan positif yang dapat diterapkan oleh orang tua selama masa anak belajar dari rumah antara lain:
- Ciptakan suasana rumah yang aman, nyaman dan menyenangkan.
- Ciptakan suasana positif yang mendukung proses belajar.
- Lakukan proses belajar di rumah dengan disiplin positif.
- Berikan ekspresi yang realistis pada saat anak belajar.
- Orang tua tetap tenang dan rileks.
- Orangtua menyiapkan berbagai kegiatan selain yang sudah disiapkan oleh guru. Kegiatan tersebut hendaknya mengarah pada kecakapan hidup dasar seperti kecakapan untuk menolong diri sendiri, pembiasaan perilaku hidup bersih, sehat, dan aman, pembiasaan kecakapan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Kegiatan tidak membebani anak terintegrasi dalam berbagai aktivitas harian yang dilaksanakan di rumah, menyenangkan, dan bermakna bagi anak.
- Coba libatkan anak dalam berbagai aktivitas di rumah, misalnya membereskan tempat tidur, menata alat dan bahan main, memilih menu makanan, memasak di dapur, mencuci buah-buahan, dan berbagai aktivitas lainnya. Tapi, orang tua sebaiknya menyesuaikan aktivitas tersebut dengan usia dan tahap perkembangan anak.
- Mengajak bermain dengan permainan yang edukatif sesuai dengan alat dan bahan main yang tersedia di rumah.
- Orang tua dapat membacakan buku, mengajak anak membaca bersama-sama atau bercerita.
- Membangun kelekatan dengan anak dengan cara memberi perhatian yang cukup, mendampingi saat anak bermain serta melakukan aktivitas fisik dengan gembira.
- Memperlakukan anak dengan hormat dengan cara menghargai pilihan anak, mengapresiasi setiap capaian perkembangan anak, tidak membeda-bedakan anak, memberikan pengasuhan dan layanan individual, mengintegrasikan pengasuhan dan pendidikan yang memuat keragaman adat budaya serta mengajarkan anak tentang toleransi.
- Komunikasi efektif dapat dilakukan dengan cara pendidik harus menjadi pendengar aktif pahami ekspresi emosi anak sebagai sesuatu yang wajar, penggunakan kalimat positif pada saat berkomunikasi, menghindari penggunaan bahasa yang rumit serta temukan dorongan dalam diri anak.
- Disiplin positif yang dapat dilakukan dengan cara membuat kesepakatan dengan anak, tegas dalam memberikan konsekuensi terhadap aturan yang telah disepakati serta identifikasikan kebutuhan mendasar anak.
Ikutilah Webinar gratis “Mengenal dan Mengembangkan Bakat Anak dengan Talent Mapping” yang diadakan oleh e-guru.id. Pendaftaran 100% gratis
Penulis : Erlin Yuliana