Jangan Memberikan Hukuman di Sekolah, Bisa Fatal!

- Editor

Minggu, 12 Desember 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hampir semua orang tua atau guru menggunakan beberapa bentuk hukuman sebagai metode utama untuk mengontrol anak-anaknya. Tentunya ada cara-cara yang tidak terhitung jumlahnya bagi para orang tua di rumah dan guru yang memberikan hukuman di sekolah.

Penggunaan hukuman fisik di sekolah

Di sekolah, terdapat penerapan hukuman fisik, seperti mengucapkan makian, menghina anak karena keterampilan atau ketidakmampuannya, mengutuk atau meneriaki anak, memakai dindiran yang tajam atau mencela, meremehkan anak, mencampuri urusan persahabatan anak, dan lain sebagainya.

Jelaslah di sekolah sering terjadi macam-macm hukuman fisik yang tak terhitung lagi jumlahnya. Bukti-bukti diatas memperlihatkan bahwa hukuman fisik serinng digunakan oleh para pengawas.

Hukuman bersifat face validity

Hukuman seperti banyak disebut oleh psikolog face validity, yaitu tampak seperti efektif dipermukaaannya. Misalnya, anak yang berhenti bertingkah di supermarket setelah ditampar dan dimarahi oleh orang tuanya. Perilaku anak yang berhenti melakukan kekacauan karena ancaman hukuman di sekolah dari guru.

Kedua hal tersebut kadang-kadang memang mengubah perilaku pada anak-anak. Namun, kondisi-kondisi tertentu harus ditemukan sebelum hukuman dapat dibuat berakibat efektif dan tetap bertahan dalam kurun waktu tertentu.

Seperti layaknya hadiah, hukuman harus diperhitungkan dan dikelola dengan bijak dan dengan keahlian yang tinggi agar dapat berjalan dengan efektif. Akan tetapi jarang sekali pada kalangan orang tua atau guru mendapat pelatihan ekstensif yang diperlukan agar membuat mereka cakap dalam memahami teknik metodologi yang tepat.

Prinsip-prinsip hukuman yang penting diketahui

Beberapa prinsip berikut kiranya dapat menjadi pegangan bagi orang tua atau guru yang dalam hal ini sebagai pengawas agar mencapai hasil yang maksimal. Namun memang prinsip ini tidaklah mudah untuk diikuti, baik bagi orang tua di rumah atau guru di ruangan kelas.

1. Sekali dihukum, selalu dihukum

Kerap kali guru melanggar prinsip ini. Bagaimana mungkin seorang guru menghukum tiap anak yang berbisik-bisik setiap kali itu terjadi? Jika seperti ini, tentunya guru tidak akan punya waktu untuk mengajar.

2. Hukuman harus dilaksanakan segera

Para psikolog yang dianggap ahli dalam bidang modifikasi perilaku sepakat bahwa hukuman berjalan efektif apabila pelaksanaannya hampir bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak diinginkan. Tiap terjadi penangguhan, maka mengakibatkan berkurangnya efektivitas hukuman tersebut.

Dalam hal ini personalia dituntut untuk cepat bereaksi, siap bertindak ketika menemukan adanya perilaku yan tidak diinginkan. Penelitian tentang hukuman menunjukan, jika hukuman fisik diterapkan di sekolah, tidak akan efektif dan menghasilkan perubahan perilaku dalam jangka waktu yang sangat lama. Selain itu, hukuman fisik juga berlawanan dengan tujuan pendidikan.

3. Hukuman harusnya tidak dilaksanakan didepan orang lain

Hal ini dapat menjadikan anak merasa malu dan menjadi agresif terhadap pengawas ketika mendapatkan hukuman di sekolah. Anak akan cenderung dijauhi dan dikucilkan oleh anak-anak lainnya karena ia telah melanggar.

Seorang guru harus memliliki upaya dalam mengatasi anak yang melanggar. Misalnya dengan membawa ke ruang BK untuk di interogasi atas pelanggarannya tersebut.

4. Jangan pernah memberi hadiah atas perilaku itu

Seringnya terjadi ketidakkonsistenan dalam menggunakan hukuman. Contohnya, Ibu menghukum Budi karena bermain sepatu roda dijalan. Dua hari setelahnya, Budi memperlihatkan kepada Ayahnya beberapa keterampilan gerakan menggunakan sepatu roda di jalan. Kemudian Ayahnya dengan bangga berkata, “Wah, hebat sekali. Itu permainan yang sulit bagi anak usiamu”

Di sekolah juga sering terjadi ketidakkonsistenan, misalnya, perlakuan A menimbulkan hukuman di kelas yang satu, namun dikelas yang lain perlakuan A itu diberi hadiah. Seperi contoh, menolong anak lain mengerjakan tugas di kelas, membuat tertawa teman-teman di kelas. Dalam jangka panjang, hal seperti ini akan memperlemah efek hukuman.

5. Anak-anak tidak boleh dihukum terlalu berat atau sering

Dengan hukuman yang terus-terusan dan sering dilakukan membuat mereka melarikan diri; berhenti berusaha, berhenti sekolah, keluar dari kelompok, lari dari rumah, bahkan bisa melarikan diri ke alkohol.

Anak yang gagal kebanyakan adalah mereka seorang siswa yang berhenti berusaha, karena mereka telah dihukum secara fisik maupun psikis karena mereka sering kali mendapat hukuman karena mendapatkan nilai jelek.

Anak yang cukup dewasa yang sering terkena hukuman berat akan berubah menjadi peminum alcohol sebagai pelarian dari pengalaman yang menyakitkan.

Tingkatkan kualitas dan kompetensi guru dengan bergabung bersama e Guru Id dan nikmati pelatihan gratis bersertifikat 32 JP setiap bulan serta fasilitas-fasilitas lainnya.

Klik disini untuk mendaftar!

Berita Terkait

4 Tahapan Pengelolaan Kinerja Tahun 2025, Jangan Sampai Keliru!
Mendikdasmen Kembali Mengungkapkan Pentingnya Deep Learning untuk Diterapkan Kedepannya!
Jangan Sampai Salah, Ini Perbedaan e-Kinerja Guru dan Kepala Sekolah Saat Penguploadan Dokumen 
Gebrakan Mendikdasmen Memudahkan Syarat Pencairan Tunjangan Sertifikasi Mulai Tahun 2025
Ini Perbedaan Pengelolaan Kinerja Sebelumnya dengan Pengelolaan Kinerja 2025
Ini 3 Pembaruan Pengelolaan Kinerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah 2025 Kini Menjadi Lebih Sederhana
Link- Link Penting untuk Pendaftaran Seleksi Administrasi PPG Guru Tertentu Tahun 2024
Alur Seleksi Administrasi PPG Guru Tertentu 2024 : Panduan Lengkap
Berita ini 32 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 18 Desember 2024 - 13:26 WIB

4 Tahapan Pengelolaan Kinerja Tahun 2025, Jangan Sampai Keliru!

Selasa, 17 Desember 2024 - 10:15 WIB

Mendikdasmen Kembali Mengungkapkan Pentingnya Deep Learning untuk Diterapkan Kedepannya!

Jumat, 13 Desember 2024 - 10:13 WIB

Jangan Sampai Salah, Ini Perbedaan e-Kinerja Guru dan Kepala Sekolah Saat Penguploadan Dokumen 

Kamis, 12 Desember 2024 - 11:07 WIB

Gebrakan Mendikdasmen Memudahkan Syarat Pencairan Tunjangan Sertifikasi Mulai Tahun 2025

Selasa, 10 Desember 2024 - 09:43 WIB

Ini 3 Pembaruan Pengelolaan Kinerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah 2025 Kini Menjadi Lebih Sederhana

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis