Pandemi Covid-19 berdampak dalam segala bidang kehidupan. Semua lapisan masyarakat tak terkecuali merasakan perubahan pola hidup akibat pandemi ini. Secara khusus yang perlu diamati adalah anak-anak yang dikategorikan dalam usia remaja.
Masa remaja adalah masa penting dalam pembentukan identitas diri. Para remaja khususnya yang berusia 12-21 tahun sedang berada pada masa persiapan menuju manusia dewasa. Salah satu tanda remaja sedang dalam proses menuju manusia dewasa adalah kemandirian, baik kemandirian emosional maupun perilaku.
Kemandirian sendiri menjadi tolok ukur kualitas dan menjadi modal dasar bagi seseorang dalam kehidupan di tengah masyarakat. Proses kemandirian tersebut diperoleh salah satunya melalui pergaulan sosial, misalnya perjumpaan remaja dengan kawan sebaya di sekolah maupun pergaulan di lingkungan sekitarnya.
Sayangnya, pandemi ini telah mengubah pola pendidikan dan juga pola pergaulan remaja. Masa remaja yang seharusnya penuh dengan dinamika selama bersekolah dan dalam menjalin pergaulan di masyarakat selama pandemi ini sangat dibatasi. Akses menuju wadah-wadah pergaulan bagi remaja tiba-tiba menjadi lebih sempit. Peraturan belajar dari rumah dan larangan untuk berkumpul membatasi akses menuju proses kemandirian tersebut.
Namun demikian, masa pandemi ini terap perlu disikapi dengan bijak, terutama bagi remaja dan orang-orang yang berada pada lingkaran kehidupan remaja agar kemandirian remaja dapat tetap terbentuk.
Divi, anak remaja yang sekarang duduk di kelas 9 pada masa pandemi mengaku jenuh belajar dari rumah. Ia merasa tugas dari sekolah selama pembelajaran daring yang harus dikerjakan cukup banyak. Namun ia dapat menyikapi rasa jenuh tersebut dengan mencari kesibukan membuat rajutan konektor masker. Ia belajar secara mandiri melalui Youtube. Selanjutnya, ia berinisiatif menjual hasil rajutannya.
Sementara itu, Titis, gadis remaja kelas 12 semenjak pandemi melanda, ia belajar membuat kue-kue kekinian hasil belajar dari Youtube. Titis kemudian memasarkan kue hasil buatannya secara online. Ia memanfaatkan media sosial untuk mengembangkan usahanya tersebut.
Dissa dan Marsya, dua dara yang baru saja memasuki dunia remaja dan duduk di kelas 7 selama pandemi berkreasi dengan menulis cerita-cerita di Webtoon. Mereka berdua berinisiatif mengikuti lomba menulis, meskipun belum berhasil meraih juara. Walaupun tidak memperoleh hasil dalam perlombaan, namun mereka tetap melanjutkan menulis cerita fiksi.
Kezia, remaja berusia 17 tahun yang duduk di kelas 12 dapat mempersiapkan ujian akhir secara mandiri. Tryout ujian yang biasanya difasilitasi oleh sekolah di masa pandemi ditiadakan. Namun hal itu dapat diatasi dengan mencari lembaga-lembaga yang menyelenggarakan try out ujian secara online secara gratis.
Remaja-remaja tersebut di atas menunjukkan ciri kemandirian seperti yang dituliskan oleh Steinberg yang meliputi bebas bertindak atas kemauan sendiri; tidak bergantung pada orang lain; berinisiatif yaitu mampu berpikir dan bertindak rasional; kreatif dan penuh inisiatif; progresif dan ulet; pengendalian dari dalam; dan kemantapan diri.
Meskipun di tengah masa pandemi yang membatasi gerak dan dinamika, namun remaja-remaja di atas merupakan contoh yang mampu menunjukkan kemandirian. Perilaku kemandirian tersebut nantinya dapat membantu mempersiapkan remaja menghadapi setiap situasi dan persoalan di kemudian hari. Dan dengan kemandirian dapat mengantarkan seorang remaja menjadi manusia yang produktif dan berprestasi serta membawa kepada arah kemajuan.
Ditulis oleh Dyah Gumelar Kartikarini – Dosen Institut Kristen Borneo