Oleh Nur Endah Hidayati, S.Pd.
Guru di SMPN 1 Batulayar
‘Ijo Nol Dedoro’ adalah sebuah program dalam upaya mewujudkan Kabupaten Lombok Barat bebas dari sampah organik dan non organik untuk mendukung program Zero Waste di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dengan program tersebut diharapkan supaya setiap sekolah untuk mulai menjalankannya.
Di lingkungan sekolah, sampah selalu menjadi masalah dan membuat lingkungan sekolah menjadi kotor dan terkesan kumuh. Hal itu disebabkan karena pengelolaan sampah yang kurang baik, kurangnya pengetahuan tentang seluk beluk sampah, dan manfaat dari pengelolaan sampah.
Pengelolaan sampah sendiri bertujuan untuk mengurangi sampah dengan cara mengubah sampah menjadi berbagai barang bernilai ekonomis. Selaras dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah, saat ini banyak sekolah yang telah menerapkan pendidikan karakter peduli lingkungan kepada para siswanya.
Dari program ‘Ijo Nol Dedoro’ sekolah dapat dimulai dengan penyediaan fasilitas tong sampah yang berbeda; tong sampah warna hijau untuk jenis sampah organik, kuning untuk non organik, dan merah untuk sampah logam.
Selain itu, anak-anak dianjurkan untuk membiasakan membawa minuman dari botol isi ulang. Di kantin sekolah pun direncanakan untuk tidak menjual barang-barang yang berkaitan dengan plastik. Sehingga jajanan maupun nasi disajikan menggunakan piring dan tidak boleh menggunakan bungkus platik.
Kemudian para siswa diajarkan tentang konsep pemilahan sampah (3R). Konsep 3R yang dilakukan adalah Reuse(guna ulang) yaitu kegiatan penggunaan kembali sampah yang masih bisa digunakan baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain; Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah; Lalu memanfaatkan sampah agar bernilai ekonomis atau re-use dan Recycle (mendaur ulang) yaitu mengolah sampah menjadi produk baru dengan memanfaatkan teknologi tepat guna agar sampah yang mudharat menjadi manfaat.
Bentuk pemanfaatan kembali sampah inilah yang merupakan aplikasi konsep 3R. Pembelajaran aplikasi ini dapat menunjukkan kepada siswa mengenai pentingnya menjaga lingkungan dari sampah dan merangsang siswa untuk belajar kreatif dalam pemanfaatan sampah.
Proses kesepakatan bersama juga menjadi hal penting dalam pengelolaan sampah, karena dapat menarik siswa untuk merasa dilibatkan dalam kegiatan menjaga lingkungan sekolah. Seluruh komponen sekolah harus sepakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan bersama-sama mengawasi proses pemilahan saat pembuangan sampah. Budaya yang baik seperti ini akan ditanamkan secara terus menerus dan diwariskan ke generasi-generasi siswa selanjutnya, sehingga dapat menjadi budaya positif bagi sekolah.
Proses kesepakatan ini dapat dilakukan melalui pembuatan piagam pengelolaan sampah dalam internal sekolah, melibatkan klub-klub ekskul dalam pengaplikasian pengelolaan sampah, membuat seminar-seminar percontohan penggunaan produk baru dari sampah dan melibatkan pihak-pihak terkait dalam rangka mendukung kegiatan pengelolaan sampah yang telah berjalan di sekolah.
Ada 8 aksi sederhana yang dapat dilakukan anak-anak di lingkungan sekolah :
1. Kegiatan Jumat bersih
2. Stasiun air isi ulang untuk minum
3. Beralih ke pensil kayu atau bolpoin stainless
4. Buat komunitas atau grup peduli lingkungan
5. Lomba memanfaatkan sampah plastik
6. Tidak membeli makanan berbungkus plastik
7. Menolak sedotan plastik dan gelas plastik dari kantin
8. Buat bank plastik di lingkungan sekolah
Aksi melibatkan siswa untuk lebih peduli terhadap dampak sampah plastik ini mungkin akan meresahkan para orang tua yakni rasa khawatir akan masalah kesehatan dan baju seragam kotor. Namun orang tua sebenarnya tidak perlu khawatir karena anak-anak sudah turut terlibat dalam aksi mengurangi bahaya plastik yang dapat menyelamatkan lingkungan sekitarnya.
Sementara itu setidaknya terdapat 5 manfaat pengolahan sampah yang baik di antaranya adalah menghemat energi, mengurangi polusi, menghemat sumber daya alam, ekonomis, dan menghemat uang.
Untuk mendukung gerakan “Ijo Nol Nol Dedoro” ini, Pemkab Lombok Barat menggandeng pihak Bank BNI dengan Program Gerakan Digitalisasi Membangun Budaya Transaksi Non Tunai Ijo Nol Dedoro dan Puncak Kreasi dengan Rekening Pelajar.
“Masyarakat harus mulai berpikir sampah bisa menjadi berkah bernilai ekonomis. Begitu pula dengan tabungan sampah pelajar ini mereka bisa memenuhi kebutuhan sendiri seperti uang sekolah atau lainnya,’’ kata Wagub NTB, Hj Sitti Rohmi Djalillah saat membuka peluncuran Beriuq Digital di Bencingah Kantor Bupati Lombok Barat, Giri Menang—Gerung, Selasa (24/8/2021).
Kegiatan penanaman pohon yang produktif baik sebagai peneduh maupun berfungsi penghijauan di sekolah juga terus digalakkan dan terus diterapkan untuk mendukung program Nol Dedoro dan Zero Waste. Tanaman yang ditanam di pekarangan sekolah berkonsekuensi banyaknya dedaunan ataupun sampah berupa organik. Namun sampah tersebut dapat diolah menjadi pupuk organik.
Sekolah juga memanfaatkan lahan yang ada dengan menanam tanaman apotek hidup seperti tanaman kunyit, laos, daun sirih, daun sager, cabe tomat, lidah buaya dan lain-lain. Sudah saatnya sekolah mengoleksi berbagai tanaman lokal dalam rangka menjaga dan melestarikan sumber daya lokal yang ada serta mendukung sekolah hijau.
Pengelolaan sampah dan menjaga kelestarian lingkungan memang merupakan tanggung jawab setiap orang. Dan penanaman nilai positif (pendidikan karakter peduli lingkungan) melalui sekolah, diharapkan dapat menjadikan siswa sebagai model pembelajaran di komunitas mereka di luar sekolah.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!