Oleh Eko Iskandianto Prastowo, S.Pd.
Mengajar di SD Negeri 001 Tanjung Perepat, Kec. Biduk-Biduk, Kab. Berau
Dalam keluarga saya, profesi guru bukanlah sesuatu yang asing. Bapak saya dan beberapa saudaranya berprofesi sebagai guru.
Saya sendiri adalah alumni SMA Negeri 2 Blitar dengan jurusan IPA. Saya masuk ke jurusan IPA karena sejak kelas dua selalu masuk lima besar di kelas dan nilai saya mencukupi untuk mengambil jurusan IPA di kelas tiga. Walaupun saya masuk di jurusan IPA, namun saya justru ingin kuliah di Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi karena saya sangat senang sekali dengan olahraga. Dan saya juga sering mewakili sekolah untuk mengikuti perlombaan olahraga termasuk lomba lari cepat atau sprint. Di samping itu juga aktif mengikuti kegiatan olahraga sepakbola.
Setelah lulus SMA, saya mencoba ikut mendaftar seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sebenarnya saya ingin mendaftar di Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi tetapi malah mendaftar di Jurusan Pendidikan Fisika dan Pendidikan Matematika, karena kedua orang tua saya kurang mendukung jika saya harus mendaftar di jurusan pilihan saya tersebut. Menjadi guru Fisika atau guru Matematika, kata beliau lebih menantang, bergengsi, serta memiliki lebih banyak peluang kerja ketika lulus nanti. Itu prediksi kedua orang tua saya yang keduanya berprofesi sebagai PNS. Saya tidak bisa membantah dan mengikuti saja saran kedua orang tua demi kebaikan bersama.
Selain mencoba ikut seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) khususnya Jurusan Pendidikan Guru, saya juga diajak untuk mencoba masuk di salah satu kampus kesehatan negeri ternama di Jawa Timur. Di kampus kesehatan negeri tersebut saya hanya dapat memilih dua dari tiga jurusan yang tersedia. Jurusan yang tersedia adalah D-III Keperawatan, D-III Kebidanan, dan D-III Gizi. Karena saya laki-laki, saya hanya dapat mendaftarkan diri di Jurusan D-III Keperawatan atau Jurusan D-III Gizi. Lantas saya pilih Jurusan D-III Keperawatan.
Untuk masuk ke kampus kesehatan negeri sebenarnya lebih rumit, selain nilai kelulusan dari SMA harus memenuhi syarat, tinggi badan, berat badan, harus memenuhi syarat yang ditentukan. Jika lulus tes tulis, masih harus melewati tes kesehatan. Semua saya hadapi walau hanya coba-coba ikuti ajakan teman.
Jadwal tes tulis masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Jurusan Pendidikan Guru waktu itu kebetulan tidak bersamaan dengan tes masuk di kampus kesehatan negeri. Akhirnya saya dapat mengikuti semua tes tulis dari dua kampus tersebut.
Selang beberapa waktu pengumuman tiba, dan saya justru lolos di kampus kesehatan negeri, tidak jadi kuliah di Jurusan Pendidikan Guru. Saya harus menjalani kuliah Jurusan DIII Keperawatan sampai lulus dan menyandang gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep.).
Setelah lulus kuliah, pekerjaan pertama di laboratorium klinik. Saat bekerja tersebut, selang beberapa waktu kemudian, saya mendaftar di salah satu kampus swasta di Jawa Timur untuk mengambil S1 Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.
Mulanya kuliah di Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi saya lakukan sambil bekerja di laboratorium klinik. Makin lama makin kesulitan membagi waktu antara kuliah dan bekerja, akhirnya saya memutuskan hanya fokus kuliah saja. Alhamdulillah, saya dapat menyelesaikannya dan menyandang gelar (S.Pd.)
Setelah lulus kuliah, kemudian saya menikah dan merantau ke Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Di tanah rantau tersebut saya mencoba melamar sebagai guru honorer di SD Negeri 003 Batu Putih. Saat ini sekolah tersebut berubah nama menjadi SD Negeri 001 Lobang Kelatak. Saya menjadi guru honorer di sekolah tersebut tidaklah lama, hanya dalam hitungan bulan saja.
Kampung Lobang Kelatak merupakan tempat tinggal saya bersama istri di rantau. Kebetulan istri saya pada waktu itu diangkat menjadi PNS dan bertugas sebagai bidan di Poskesdes Lobang Kelatak, Puskesmas Batu Putih.
Pada tahun pembelajaran 2011/2012, saya diangkat menjadi guru honorer daerah dan mengajar di SMA Negeri 10 Berau yang berlokasi di Kecamatan Batu Putih. Jarak sekolah tersebut dari tempat tinggal saya kurang lebih 3 kilometer. Saya mengajar di sana selama empat tahun. Pada saat itu SMA Negeri 10 Berau merupakan sekolah yang baru berdiri, boleh dikatakan saya merupakan salah satu guru angkatan pertama bersama rekan-rekan yang lain.
Pada tahun 2014, saya mengikuti tes CPNS dengan sistem CAT untuk pertama kalinya dengan mengambil formasi Guru Penjasorkes. Dalam mengambil formasi tersebut, pastinya saya meminta doa restu kedua orang tua agar saat mengikuti tes diberikan kemudahan dan kelancaran. Untuk formasi khusus Guru Penjasorkes kala itu hanya diambil tiga saja dari seluruh peserta ujian. Alhamdulillah saya memperoleh nilai tertinggi untuk formasi Guru Penjasorkes di Kabupaten Berau waktu itu.
Pada tahun 2015 saya resmi memperoleh SK CPNS dan saya pindah tugas mengajar di SMP Negeri 36 Berau dan saat ini sekolah tersebut berubah nama menjadi SMP Negeri 4 Kelay. Mengajar di SMP tersebut, lagi-lagi saya mengajar di sekolah yang baru berdiri.
Jarak dari rumah ke SMP Negeri 36 Berau cukup jauh yaitu 360 kilometer, dengan kondisi wilayah tidak ada listrik PLN dan susah jaringan. Kondisi seperti ini membuat saya jarang bertemu istri yang bertugas di Poskesdes Lobang Kelatak Puskesmas Batu Putih. Lokasi wilayah SMP Negeri 36 Berau memang masuk kategori daerah terpencil dengan perkebunan sawitnya.
Sekitar dua tahun saya mengajar di SMP Negeri 36 Berau. Dari sekolah tersebut, berpindah tugas mengajar di SD Negeri 003 Biduk-Biduk. Sekolah ini berjarak 25 kilometer dari tempat tinggal. Namun juga masih masuk kategori daerah terpencil, yang terkenal dengan pemandangan pesisir pantai yang sangat indah.
Kebetulan di Kecamatan Biduk-Biduk ini memang merupakan salah satu daerah destinasi wisata favorit di Provinsi Kalimantan Timur. Saat musim libur sekolah, lebaran, tahun baru, dan hari libur lainnya banyak wisatawan yang berdatangan. Bukan hanya turis lokal, turis dari mancanegara pun pernah berkunjung di daerah ini. Wisata andalannya yaitu Labuan Cermin dan Pulau Kaniungan Besar, yang sangat cocok untuk yang punya hobi memancing.
Menjadi guru atau pengajar di daerah terpencil tidaklah mudah. Listrik PLN hanya menyala selama 12 jam; pukul enam sore nyala dan jam enam pagi mati total. Jaringan internet pun tidaklah bagus. Tetapi saya berusaha semaksimal mungkin untuk membimbing dan membina peserta didik. Karena ada rasa kepuasan tersendiri ketika mengajar di daerah terpencil dan mampu memberikan ilmu kepada peserta didik kita; yang sebelumnya kurang tahu menjadi tahu, sebelumnya belum paham menjadi paham, yang sebelumnya belum mengerti menjadi mengerti, yang sebelumnya belum berani tampil menjadi berani tampil, dan masih banyak lagi kepuasan tersendiri yang saya dapatkan.
Ketika saya mengikuti proses Pendidikan Profesi Guru (PPG) di tahun 2019, harus melaluinya dengan kondisi layanan listrik yang terbatas dan sinyal internet tidak sebaik daerah perkotaan. Alhamdulillah, dengan usaha dan kerja keras akhirnya saya lulus.
Saat ini saya telah memasuki tahun ke-6 mengajar di SD Negeri 001 Tanjung Perepat. Perjalanan hidup seseorang memang tidak ada yang tahu. Untuk menjadi Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) seperti sekarang memang pada awalnya kurang memperoleh dukungan dari keluarga, tapi akhirnya mendapat dukungan sepenuhnya.
Perjalanan menuju menjadi guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) ini telah melewati sejumlah babak, dimulai dari menjadi guru honorer, sebagai honorer daerah, dan akhirnya menjadi PNS serta lulus Pendidikan Profesi Guru (PPG). Mulai mengajar di tingkat SD, SMP, hingga SMA.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud