Beberapa kisah contoh pelaksanaan projek penguatan profil pelajar pancasila (P5) berikut ini diperoleh dari Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Edisi Revisi 2024.
Sehingga beberapa contoh tersebut dapat menjadi gambaran bagi Anda satuan pendidikan yang baru menerapkan Kurikulum merdeka dan baru akan melaksanakan P5 di semester ini.
Gambaran Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Ningsih, peserta didik, Sumbawa Barat
Ningsih seorang peserta didik SMP. Ningsih tinggal di desa Nelayan Gurita. Di sekolah, guru Ningsih merancang projek penguatan profil pelajar Pancasila bertopik “Detektif Gurita“ untuk tema Gaya Hidup Berkelanjutan.
Ningsih mengeksplorasi segala hal tentang dunia gurita, mulai dari karakteristik dan cara hidup gurita, hingga bagaimana gurita mempengaruhi kesejahteraan masyarakat desanya. Sewaktu menyelidiki, Ningsih dan teman-teman baru tahu bahwa gurita yang tidak laku biasanya hanya dibuang ke laut.
Dengan bimbingan guru, Ningsih dan teman sekelasnya bersama-sama mengembangkan kreasi pangan olahan gurita untuk memanfaatkan gurita yang tidak laku. Ningsih sangat senang karena ia dan teman-teman berkesempatan mengasah ‘dimensi Kreatif dan Gotong Royong’ di rangkaian kegiatan ini.
Pak Aso, pendidik, Bandung
Pak Aso seorang guru SLB. Pak Aso mengamati kebiasaan peserta didiknya yang suka minum teh manis. Pak Aso kemudian merancang projek penguatan profil pelajar Pancasila bertema Kewirausahaan yang menyasar pengembangan dimensi P5 yaitu ‘dimensi Mandiri’ dan Kreativitas, berjudul “Teh Buatanku”.
Peserta didik belajar mengenal alat dan bahan, menentukan takaran gula dan air yang digunakan, menuangkan air ke dalam gelas, hingga menyajikan teh sendiri. Pak Aso juga mengajak peserta didik mengeksplorasi beberapa tambahan bahan alam untuk tehnya seperti daun mint, bunga rosella, bunga telang, sereh, dsb.
Rangkaian proses dilakukan melalui pendampingan, pengulangan, dan pembiasaan, baik di sekolah maupun di rumah. Sebagai kegiatan penutup, peserta didik membuat teh dengan bahan yang paling disuka, memberi merek, dan menceritakannya.
Pak Aso sangat senang, karena peserta didiknya dapat membuat kreasi teh sendiri pada hari itu. Setelah momen tersebut, beberapa orang tua bercerita pada Pak Aso bahwa kreasi teh anaknya juga sering dibuat di rumah.
Bu Mondang, kepala satuan pendidikan, Medan
Bu Mondang sedang prihatin. Baru saja terbetik kabar, di SMA yang dipimpinnya telah terjadi kasus perundungan pada peserta didik dengan etnis minoritas. Bertekad menyelesaikan persoalan ini, Bu Mondang berkoordinasi dengan Tim Pelaksana Projek penguatan profil pelajar Pancasila SMA.
Mereka sepakat merancang projek penguatan profil pelajar Pancasila bertema Bhinneka Tunggal Ika yang menyasar ‘dimensi Berkebinekaan Global’, dengan topik “Sayangi Diri Sayangi Sesama.”
Para guru memfasilitasi dialog antar peserta didik. Sekolah juga mengundang narasumber dari komunitas lintas-etnis untuk berdialog dengan peserta didik. Bermitra dengan komunitas tersebut, sekolah mengadakan kegiatan live-in (tinggal di rumah warga) untuk memberi kesempatan peserta didik berinteraksi dengan keluarga yang berbeda etnis.
Rangkaian kegiatan ini berhasil menghilangkan ketegangan antar etnis, juga menumbuhkan empati serta rasa persatuan di sekolah Bu Mondang.
Halaman selanjutnya,
Pak Abdullah, Pengawas, Ternate…
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya