Beradaptasi dengan Pembelajaran Tatap Muka Penuh pasca Pandemi

- Editor

Rabu, 27 Juli 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Sri Rahmi, S.Pd.

Guru di SMPN 2 Muara Teweh

 

 

Dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di tengah pandemi kemarin tentunya memiliki banyak kekurangan dan manfaat. Manfaat utamanya tentunya untuk menghindari siswa dari terjangkitnya virus Covid-19 di sekolah. Pembelajaran daring juga membawa hikmah baik dalam pembelajaran, yaitu semakin berkembangnya keterampilan siswa dan guru di bidang pemanfaatan teknologi komunikasi. Siswa semakin bisa mengoperasikan gadget yang semula lebih banyak digunakan untuk sarana bermain, kini bisa menjadi sarana untuk belajar.  Berbagai macam platform pembelajaran pun bermunculan untuk memudahkan siswa belajar. Siswa yang mendapat tugas-tugas dari guru yang harus dikumpulkan atau dikerjakan secara online membuat siswa semakin akrab dengan teknologi.

Namun, pembelajaran daring juga memiliki kekurangan atau dampak buruk bagi siswa terutama siswa yang malas. Banyak siswa yang tidak ikut belajar dengan baik, atau malah tertidur saat pembelajaran berlangsung. Hal itu terjadi di antaranya karena guru kesulitan memantau mereka secara langsung. 

Belajar jarak jauh membuat siswa cenderung lebih santai, tidak serius, karena tidak harus berangkat ke sekolah untuk melaksanakan belajar tatap muka. Proses belajar dilakukan dengan tatap maya seperti menggunakan Zoom Meeting, Video Conference, atau sekadar lewat aplikasi WhatsApp. Ketika belajar secara tatap maya banyak siswa yang mematikan kamera dan audionya, dan chat penjelasan guru lewat WhatsApp bisa saja diabaikan siswa. Intinya pembelajaran daring memudahkan siswa untuk bersantai. 

Di tahun 2021, sebagian sekolah di Indonesia mulai melaksanakan Pengajaran Tatap Muka (PTM) terbatas, dan sebagian sekolah lagi di awal 2022. Sekolah yang menerapkan PTM terbatas waktunya dibatasi 25 menit saja untuk satu mata pelajaran dalam seminggu, dan siswa hanya berangkat ke sekolah dua hari saja dalam satu minggu secara bergantian dengan tujuan menghindari kerumunan.  Berikutnya waktu tatap muka bertambah menjadi 30 menit per jam pelajaran dan siswa berangkat setiap hari dari Senin sampai Sabtu. Model seperti yang diterapkan di SMPN 2 Muara Teweh, Kalimantan Tengah.

Di semester ganjil tahun ajaran 2022-2023, ketika pandemi telah mereda, pembelajaran kembali dilakukan dengan tatap muka penuh yaitu per jam pelajaran menjadi 35 menit untuk SD/sederajat, 40 menit untuk SMP/sederajat, dan 45 menit untuk SMA/sederajat. Sebagian sekolah bahkan mulai melaksanakan FDS (Full Day School) dari pagi hingga sore. Hal ini tentunya menuntut  siswa lebih  disiplin dibandingkan belajar secara jarak jauh atau daring. 

Di dalam pembelajaran tatap muka penuh pasca pandemi ini,  peran guru, orang tua, dan tentunya pemerintah sangat diharapkan untuk bisa memberikan motivasi kepada siswa agar tetap semangat, bisa beradaptasi, dan berprestasi di sekolah.

Seperti yang kita ketahui bahwa selama dua tahun terakhir, Indonesia dan negara-negara lain di belahan dunia mengalami serangan pandemi Covid-19.  Di awal pandemi, salah satu usaha untuk memutus penyebaran virus Covid-19 dilakukan penutupan tempat umum termasuk sekolah-sekolah.  

Berbagai macam pemberitaan mengenai Covid-19 berseliweran di media. Hal itu cukup mengganggu psikologi siswa, apalagi siswa yang keluarganya  atau dirinya sendiri terjangkit virus Covid-19 tersebut. Berbagai macam edukasi dan motivasi pun dilakukan guru untuk siswanya walau hanya dari jarak jauh.

Sementara itu, agar pembelajaran tetap dapat berlangsung dengan baik, pemerintah melakukan upaya dalam bidang pendidikan dengan mengeluarkan Kurikulum Darurat untuk mencegah learning loss pada siswa. Kegiatan belajar mengajar pun dilaksanakan secara daring (dalam jaringan) atau PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).  Siswa dan guru dipaksa mampu beradaptasi dengan keadaan.

Kini pandemi telah mereda dan proses pembelajaran di sekolah sudah normal kembali. Mampukah para siswa melakukan adaptasi sekali lagi? (*)

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 35 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru