Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya”.
Ungkapan tersebut yang menjadikan guru hendaknya untuk selalu mengikuti zaman dalam proses pengajarannya. Seorang guru harus terus belajar untuk bisa mengikuti zaman tersebut.
Guru yang hidup pada zaman milenial sangat berbeda dengan guru yang hidup di era pra milenial. Perbedaan itu salah satunya terlihat dari penguasaan IT. Guru milenial lebih cepat bisa menguasainya. Walaupun itu sesuatu yang baru.
Siswa pun cenderung lebih menyukai guru milenial. Kenapa demikian, guru milenial lebih senang bermain dengan siswa. Artinya, guru milenial dapat memahami dunia anak-anak masa kini. Mereka sama-sama suka bermain dengan media sosial, misalnya.
Perbedaan antara guru milenial dan guru zaman dulu juga dapat tergambar dalam hal ambisi. Hal ini terlihat sekali perbedaannya. Dulu untuk menduduki suatu jabatan, seorang guru akan dilihat masa kerja dan pengalaman. Sementara itu guru milenial tidak perlu mempertimbangkan hal tersebut.
Memang terkadang terdapat sisi negatif pada diri guru milenial di mana mereka seringkali bersifat egois, individualis, materialistis. Terhadap orang yang lebih tua pun terkadang tidak terlalu empati. Ini yang harus menjadi perhatian guru milenial. Jangan sampai melupakan nilai ketuhanan dan jangan sampai pula merusak hubungan sosial antar sesama manusia.
Namun demikian, banyak pula sisi positif pada guru milenial di mana mereka dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, seperti yang telah disebutkan di awal. Dan mereka cenderung lebih disukai oleh peserta didik.
Dari keadaan inilah maka guru lama harus dapat mengambil pelajaran dan harus mampu adaptasi mengikuti mereka. Guru lama pun harus belajar mengikuti perkembangan zaman terutama masalah penggunaan IT dan juga perlu mengerti dunia media sosial. Dengan begitu, guru lama akan tetap relevan dengan zamannya, seperti yang telah dipesankan oleh yang mulia Ali bin Abi Thalib.
Ditulis oleh: Dra. Nia Kurniati, Guru di SMA Negeri 20 Bandung