Perilaku asertif adalah perilaku yang menunjukkan kemampuan untuk mengutarakan apa yang menjadi hak-haknya tanpa menyinggung hak orang lain. Perilaku asertif perlu ditingkatkan salah satunya dengan menggunakan teknik bermain peran (role playing).
Bermain peran atau istilahnya role playing adalah suatu kegiatan pembelajaran yang menekankan pada kemampuan penampilan peserta didik untuk memerankan status dan fungsi pihak-pihak lain yang terdapat pada kehidupan nyata. Melalui metode ini, siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok sosial yang anggotanya teman-temannya sendiri. Melalui metode ini para siswa mencoba mengeksploitasi masalah-masalah hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya.
Bermain peran atau role playing digunakan dengan cara memerankan situasi yang imajinatif dengan tujuan untuk membantu tercapainya pemahaman diri sendiri, meningkatkan keterampilan-keterampilan, menganalisis perilaku, atau menunjukkan pada orang lain bagaimana perilaku seseorang atau bagaimana seseorang harus berperilaku.
Menurut Rafael role playing dapat bermanfaat untuk: 1) mengajarkan kepada setiap anak bagaimana memahami perasaan orang lain, 2) mengajarkan kepada anak untuk mengontrol emosi, 3) mengajarkan tanggung jawab. 4) mengajarkan cara menghargai pendapat orang lain, dan 5) mengajarkan cara mengambil keputusan dalam kelompok.
Oleh sebab itu penggunaan teknik bermain peran (role playing) sangatlah penting dalam membantu siswa meningkatkan perilaku asertif. Hal ini karena pada tahap ini siswa berhubungan dengan orang lain dengan harapan sikap menghormati orang lain dan hak orang lain muncul sehingga siswa mampu berperilaku asertif serta bisa juga menguatkan karakter khususnya karakter hormat kepada orang lain. Pada zaman sekarang banyak siswa yang kurang menghargai orang lain. Hal ini dapat dilihat dari sikap siswa di sekolah yang sering tidak peduli kepada orang di sekitarnya.
Prosedur Teknik Bermain Peran (Role Playing)
Prosedur role playing terdiri atas sembilan langkah, yaitu:
(1) Pemanasan, (2) Memilih pemain, (3) Menata panggung, (4) Guru menunjukkan beberapa siswa sebagai pengamat, (5) Permainan peran dimulai. Permainan peran dilaksanakan secara spontan. (6) Guru bersama siswa mendiskusikan permainan yang telah dilaksankan dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan. Usaha perbaikan akan muncul, (7) Permainan peran ulang. Seharusnya pada permainan peran kedua akan jauh berjalan lebih baik, (8) Pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan kepada realitas, (9) Siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan.
Pelaksanaan role playing perlu memperhatikan beberapa hal-hal agar pelaksanaanya bisa berjalan dengan lancar yaitu diantaranya sebagai berikut :
- Masalah yang dijadikan tema cerita sebaiknya yang dialami oleh sebagian siswa
- Menentukan peran secara sukarela dan mendapatkan motivasi dari guru
- Tidak boleh terlalu banyak “disutradarai”, akan tetapi biarkan siswa untuk mengembangkan kreativitas dan spontanitas yang dimilikinya
- Melakukan sebuah diskusi yang diarahkan kepada menyelesaikan pemasalahan akhir yang menjadi tujuan. Jadi, bukan kepada baik atau tidaknya seorang siswa berperan
- Membuat kesimpulan diskusi, boleh dirangkum oleh guru maupun oleh siswa
- Role playing bukanlah sandiwara atau drama biasa melainkan merupakan bermain peranan yang di setting dalam situasi sosial yang ekspresif dan hanya dimainkan satu babak saja.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis berkesimpulan bahwa langkah-langkah role playing yang bisa digunakan saat asertif training untuk meningkatkan perilaku asertif. Nah, sebelum itu simak penjelasan mengenai ciri-ciri perilaku asertif berikut ini.
Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya